Atas nama harga diri, orang bisa kalap berbuat tanpa kendali. Demi mempertahankan harga diri, orang rela mempertaruhkan jiwanya sendiri. Harga diri adalah harga mati, harga diri harus dijunjung tinggi, karenanya "jangan main-main dengan harga diri....!", begitu biasa orang menggertak membela diri.
Harga diri bak bara dalam sekam, bila tersulut amarah dapat menyala dan berkobar. Harga diri yang terusik dapat membangkitkan sentimentil yang tinggi, hingga makhluk lemah tak berbisa pun merasa bernyali dan menjadi berani; seekor cacing tanah akan berontak jingkrak bila ia terinjak, apatah lagi manusia makhluk yang memiliki ego tinggi.
Harga diri dimiliki setiap individu. Ungkapan "saya masih punya harga diri!", cukup menjadi bukti bahwa harga diri itu memang ada (dengan kadar yang berbeda-beda tentunya).
Pada umumnya harga diri akan bangkit manakala hati/perasaan tersakiti, terlecehkan, atau lebih vulgarnya "terhina". Ya, kata "hina" cukup ampuh menjadi pemantik membangkitan harga diri. Siapapun akan terusik ego-nya untuk menunjukkan harga diri manakala kepadanya ditujukan hinaan.
Hinaan bisa datang dari mana saja, kapan saja, entah dalam bentuk fitnah, ejekan, umpatan/makian, sindiran, ataupun tindakan. Hinaan juga bisa muncul dalam bentuk coretan gambar, tulisan atau sekedar kata-kata.
Tapi, manusiawi kalau perasaan ini masih ada di diri. Sangat manusiawi, karena setiap manusia pernah dihina. Nabi saja sebagai manusia pilihan Tuhan, tidak luput dari hinaan, apalagi manusia biasa seperti kita-kita.
Adam alaihissalam yang ketika itu masih menetap di surga dihina oleh iblis laknatullah :
Allah berfirman : "Hai iblis, Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) Termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?". Iblis berkata : "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan Dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS. Shaad : 75-76)
Dalam Surat Huud (11, 36-38) dikisahkan : ketika Allah memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk membuat bahtera dengan pengawasan dan petunjuk Wahyu-Nya, maka Nabi Nuh pun mulai membuat bahtera. dan Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan meliwati Nabi Nuh, mereka (selalu) mengejeknya.
Fir’aun Sang Penguasa Mesir pernah menghina Nabi Musa sebagai seorang yang kena sihir :
dan Sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah mukjizat yang nyata, maka tanyakanlah kepada Bani Israil, tatkala Musa datang kepada mereka lalu Fir'aun berkata kepadanya: "Sesungguhnya aku sangka kamu, Hai Musa, seorang yang kena sihir". (QS. Al-Isra’ : 101)