Mohon tunggu...
muhammad abduh
muhammad abduh Mohon Tunggu... -

Saya adalah salah seorang karyawan di Universitas Muhammadiyah Makassar yang ditugaskan di hutan pendidikan Unismuh Makassar di Bissoloro Kab. Gowa. Saya tertarik pada pengembangan masyarakat, pendidikan gratis namun bermutu dan pengelolaan lingkungan hidup khususnya di bidang kehutanan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

NII = Simbol Kemiskinan Indonesia

10 Mei 2011   22:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:52 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhir-akhir diperbincangkan ancaman NII yang begitu dahsyat meracuni media kita. Di saat bersamaan, buruh menuntut jaminan kesejahteraan sosial. Dan di saat itu pulalah Century yang merampok uang rakyat trilyunan 'hilang' dikubur media dan bank asing jadi sasaran tembak kasus korporasi  brutal. Ha..ha...ha... Jangan kaget amat sangat banyak yang tidak bangga menyebut negerinya adalah Indonesia.

Dahulu, kita bangga mengatakan bahwa berasal dari Indonesia. Karena di sinilah tempat lahir beta. Sekarang di sinilah tempat menderita beta...

Kalo pun ada NII, NII  adalah simbol kemiskinan struktural Indonesia sengaja diciptakan untuk menguji nyali nasionalisme rakyat Indonesia meskipun mereka tidak pernah memperoleh hadiah dari nasionalisme mereka yaitu kesejahteraan. Dana BOS untuk pendidikan tetapi untuk oknum kepala sekolah dan pejabat dinas yang memungut secara paksa tanpa kwitansi dan tidak sesuai aturan pembelanjaannya. Jamkesmas, rakyat disuruh menunggu antrian terakhir karena gratis....

Jangan pernah bangga jadi orang Indonesia yang miskin dan dimiskinkan oleh negeri ini....tetapi banggalah jadi orang Indonesia yang makmur dan dimakmurkan... Jangan pernah mengemis meski negeri kita negeri pengemis.... Jadilah orang kaya meski negeri kita miskin... tapi jangan pula memiskin orang lain.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun