Mohon tunggu...
Abdy Jaya Marpaung
Abdy Jaya Marpaung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lihat, dengar, nulis

laki-laki yang senang berbagi cerita lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tentang Sebuah Baju

29 September 2010   09:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:52 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_273234" align="alignleft" width="300" caption="tentang baju"][/caption] Baju itu masih tergantung di tali yang terjulur di gudang belakang. Baju seorang sahabat yang sudah pergi merantau menemukan kehidupan baru dan jantung hatinya. Baju itu tidak istimewa buatku, tapi buat dia, itu menunjukkan siapa dirinya sebenarnya. Ups, jangan salah sangka. Dia bukan Superman, Spiderman atau sejenisnya yang diketahui lewat kostumnya. Ini hanya baju kaos yang banyak logonya. Baju hadiah dari sebuah lomba yang dimenanginya sebagai juara favorit. Itu lomba menulis, memenanginya menasbihkan dirinya sebagai penulis. Pasti dia akan tersenyum dan senang kalau dia tahu aku menyebutnya penulis. Baju itu tergantung di sana hampir dua bulan. Aku yang menggantungkannya karena tidak sengaja menemukannya di bawah lemari. Dulu dia pernah mengirim pesan padaku. Meminta agar baju itu dikirimkan via pos. Baju itu sangat berarti, katanya. Aku tau dia saat itu masih kekurangan baju disana. Tapi sekarang, dia mungkin terlupa atau sengaja melupakannya, karena hidupnya sudah sejahtera disana. Entah kenapa aku merasa tidak enak. Aku ingat baju ini karena 'diingatkan' seorang bapak. Bekerja di tempat yang sama denganku membuatnya tau segala tempat ini. Ketika mendengar suaranya dibelakang aku beranjak dari meja kerjaku. Ternyata dia menanyakan tentang baju itu. "Jack, ini baju siapa?" Tanyanya sambil membentang-bentangkannya di atas lengannya. Baju itu masih kelihatan baru. "Oh, itu baju Bang Zoel Pak. Kenapa?" "Masih dipakai nggak ya?" Aku tau dia mengingininya. Aku lalu menjelaskan kalau baju itu akan dikirimkan pada yang empunya dalam waktu dekat ini. Ah, aku memang selalu lupa, ingat pun aku malas melakukannya. Bapak itu menggantungkannya kembali, ada selaksa raut hampa diwajahnya. Dia mungkin sudah lama memperhatikan baju itu tergantung disitu dan tak ada seorangpun di tempat itu yang pernah memakainya. Jadi wajar dia menginginkannya. Entah kenapa aku seperti ingin saja menyerahkan baju itu padanya. Lalu aku akan menghubungi Bang Zoel kalau bajunya tidak kutemukan. Atau aku berterus terang saja. Dia pasti bisa memakluminya. Besok baju itu harus sudah aku pindahkan dari sana, menyimpannya atau menyerahkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun