Mohon tunggu...
Abdy Jaya Marpaung
Abdy Jaya Marpaung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lihat, dengar, nulis

laki-laki yang senang berbagi cerita lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jalan-Jalan Sore

15 Juli 2010   08:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:51 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa yang enak dari jalan-jalan sore. yang pasti ada yang menarik untuk selalu dinikmati dalam setiap perjalanan sore. Kalau tidak, mana mungkin dikenal kata JJS.

JJS akan memberi sebuah kenikmatan tersendiri bagi yang melakukannya, entah itu dengan berjalan kaki, naik sepeda motor atau naik mobil. Ada yang berniat sekedar melepas lelah setelah bekerja seharian, ada yang cuci mata, ada yang menghitung kendaraan (yang ada menghitung domba kalee), dan ada pula yang ber-JJS untuk hunting jajanan pasar.

JJS terkadang juga bisa melahirkan ide dan gagasan baru, bisa juga memaknai setiap ciptaan sang Maha Kuasa atau bertadabbur alam saat menikmati indahnya gelombang pasang di pantai, sunset yang perlahan hilang dan butiran intan berlian dari cahayanya yang terpantul di lautan biru.

Sisi lainnya, JJS bisa membuat kita jadi lebih sensitif dengan keadaan sekitar. Barangkali kita tidak pernah bertegur sapa dengan tetangga sebelah setelah beberapa bulan tinggal disitu, maka JJS dapat dijadikan sarana menjalin hubungan silaturahmi.

[caption id="attachment_194821" align="aligncenter" width="500" caption="melihat sunset saat jalan-jalan sore"][/caption] Kita juga bisa mencoba jalan-jalan yang tidak pernah kita lewati sebelumnya. gang-gang kecil yang tersembunyi diantara rumah-rumah mewah misalnya. Siapa tau kita mendapatkan sesuatu setelah melewati jalan tersebut, entah itu kenalan baru atau hal-hal menarik lainnya yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

JJS juga tidak harus melulu ke tempat yang bagus untuk dipandang, cobalah sekali-kali JJS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), perumahan kumuh di pinggiran rel kereta api dan tempat-tempat yang banyak dijauhi orang. Paling tidak, diri kita bisa mengambil hikmah dan lebih bersyukur pada kehidupan yang kita jalani sekarang.

Jalan-jalan sore yuk!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun