Mohon tunggu...
Abdy Jaya Marpaung
Abdy Jaya Marpaung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lihat, dengar, nulis

laki-laki yang senang berbagi cerita lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencari Film Nasionalisme

20 Agustus 2010   08:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:52 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_232988" align="alignleft" width="300" caption="ada nasionalisme di sini, gambar: suaramerdeka.com"][/caption] Hari kemerdekaan kemarin berlalu tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya hari bersejarah itu jatuh bersamaan dengan bulan ramadhan, bulan dimana umat Islam melaksanakan ibadah puasa. Ini persis dengan agustus pada tahun 1945 lalu yang jatuh juga pada bulan ramadhan. Bila selama ini agustusan dirayakan gegap gempita oleh masyarakat kita dengan tradisi lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, lomba ngambil receh dari jeruk yang sudah dibalur dengan minyak dan banyak lomba unik lainnya, maka agustusan kali ini sepi dari hajatan seperti itu. Prosesi kemerdekaan tahun ini pada umumnya hanya menampilkan upacara bendera saja. Ramadhan telah sedikit merevisi perayaan agustusan kali ini. Saya termasuk penikmat dari lomba-lomba tadi. Senang menyaksikannya dan tertawa diantara kerumunan banyak orang. Namun tahun ini saya harus mencari alternatif pengganti dari tontonan tersebut. Saya jadi kepikiran untuk mencari film-film yang berhubungan dengan kemerdekaan Indonesia. Paling tidak, jiwa nasionalisme saya kembali membuncah setelah menonton film perjuangan. Setelah surfing di berbagai website dan blog, saya tak jua berhasil menemukan film yang benar-benar bisa membangkitkan rasa nasionalisme. Film Merah Putih yang menampilkan perjuangan rakyat melawan penjajah Belanda yang saya download dari internet kurang menarik bagi saya. Saya tidak menemukan ruh dari film tersebut. Ini pendapat saya loh. Saya jadi teringat ketika Alm. Soeharto masih memimpin negeri ini. Banyak film-film perjuangan yang diputar pada setiap tanggal-tanggal yang memang berkaitan dengan sejarah perjuangan bangsa ini. Saya tidak memandang film ada atau tidak unsur politisnya, tapi saya melihatnya sebagai bentuk apresiasi pemerintah terhadap perjuangan pahlawan kita yang selalu menanamkan dalam jiwa mereka semboyan "Merdeka atau Mati" untuk negeri ini. Film yang saya cari tidak jua saya temukan, akhirnya saya teringat pada film besutannya Om Dedy Mizwar yang bercerita tentang kondisi negeri ini. Saya pun memutuskan untuk mencari file gratisnya di internet untuk saya download. Membeli cd aslinya terlalu mahal bagi saya. Film yang memang tidak baru lagi karena masa peluncurannya telah lewat beberapa bulan lalu tapi cukup membuat saya penasaran untuk menontonnya. Akhirnya saya berhasil mendownloadnya dan menonton film itu. Saya benar-benar kagum dengan skenario film tersebut. Film yang bercerita secara jujur tentang potret gelap negeri ini yang "lucu" tapi juga ironis. Film ini mengulas tentang kondisi sosial yang masih morat marit dalam memberdayakan anak negerinya. Pengangguran sampai lusinan anak-anak yang hidup dari hasil mencopet adalah beberapa produk dari negeri yang lucu ini. Lalu digambarkanlah disitu bagaimana seorang tamatan sarjana manajemen memberikan air penawar bagi copet-copet kecil untuk bisa mengangkat harkat dan martabat mereka dari tukang copet menjadi tukang asongan dan mengajarkan pada anak-anak tersebut baca tulis dan ilmu agama. Menariknya dalam film ini banyak sindiran-sindiran yang ditujukan pada pemerintah wabilkhusus para koruptor yang suka bermetamorfosis di alam kemerdekaan ini. Bagaimana profesi copet yang tidak lebih mulia dari koruptor dan lebih hina karena pelaku copet bila tertangkap bisa mati dipukuli atau berakhir tragis di penjara, hasil yang mereka peroleh pun tidak seberapa beda dengan koruptor yang bisa tersenyum manis tanpa rasa malu walau sudah ketahuan menilep uang rakyat bermilyar-milyar dan tidak pernah kena tonjok atau dihakimi massa oleh rakyatnya. Padahal yang dikorup itu uang rakyat. Film ini juga menyinggung soal nasionalisme, bagaimana anak-anak copet itu mampu menghafal pembukaan UUD 1945, pancasila bahkan sampai butir-butirnya sungguh beda dengan anggota dewan yang katanya terhormat itu tapi tak hafal pancasila dan lupa menyanyikan lagu Indonesia Raya. Film itu juga mengajari kita bahwa Lagu Indonesia itu sejatinya adalah doa dan harapan untuk negeri ini sehingga mereka, anak-anak copet itu menutup lagu Indonesia Raya dengan berucap "Amin". Pesan film ini yang lebih menarik lagi adalah soal pendidikan. Bagaimana pendidikan itu masih dianggap tidak penting apalagi pendidikan yang ada sekarang telah melahirkan koruptor-koruptor baru yang makin lihai. Sampai-sampai disinggung bagaimana copet yang sekolah itu lebih banyak hasilnya (koruptor) ketimbang copet yang tidak sekolah. Jadi kalau mau jadi copet yang kaya, ya harus sekolah. Wah, pokoknya dari film ini banyak kritik sosial yang disampaikan secara jujur dan bernas apalagi dengan dialog yang tidak menggurui. Saya berharap film ini menjadi film yang wajib ditonton seluruh rakyat Indonesia terutama para pejabat daerah sampai pejabat pemerintahan. Bila perlu menonton film ini dijadikan agenda wajib dalam setiap perayaan 17 Agustus setelah melaksanakan detik-detik proklamasi, atau disertakan sebagai bingkisan setelah mengikuti kegiatan upacara 17 Agustus, seperti yang baru-baru ini dilakukan SBY (jadi selain lagu, ada film juga). Andai ide (ngawur) ini terlaksana, mungkin nantinya ada nurani pejabat-pejabat yang yang tadinya tumpul menjadi tajam, yang tadinya bengkok menjadi lurus, yang tadinya kafir jadi insyaf dan beriman - soal kafir ini, teringat topik di tivi yang lagi ramai membahas sebuah buku tentang Koruptor itu Kafir dan soal larangan menshalatkan jenazah seorang koruptor - sehingga mereka menyadari tugas dan fungsinya sebagai pemangku kepentingan dan wakil rakyat, menjalankan amanat dan merealisasikan cita-cita bangsa ini yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Amin...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun