[caption id="attachment_122193" align="alignleft" width="300" caption="Menyuapi - foto by: abdyjaya"][/caption] Seorang anak mendapat sms dari adiknya yang mengabarkan kalau ibunya sedang sakit. "Bang, mamak sakit. Kalo nanti telpon jangan beritahu adik yang ngabarin ya..." Bunyi pesan sms itu membuatnya gelisah. Secepat kilat ia meraih ponsel dan menghubungi ibundanya. Diseberang, suara ibu menyahut salam dengan suara yang dipaksa-paksakan ceria. Tapi si anak tersenyum sedih lalu menanyakan kondisi ibunya. Selanjutnya mudah ditebak. Si ibu menanyakan siapa yang memberitahu kalau ia sakit. Si anak dengan rasa cintanya ‘memarahi' ibunya yang menanyakan hal itu. "Mamakku tersayang... Aku ini anak mamak. Sebagai anak wajib tahu keadaan orangtuanya kan..." Si anak menjelaskan ketidaksetujuan cara ibunya menutupi keadaannya dan mengatakan betapa berharganya ibu dimatanya. Jawaban si anak malah membuat ibunya terisak... Begitulah seorang ibu. Ia selalu menutupi rapat-rapat keadaannya. Ia tidak ingin anaknya yang jauh merantau mengadu nasib jadi terbebani karena keadaannya. Apalagi ia tidak tahu apakah dalam perantauan itu anaknya bahagia atau tidak. Si ibu selalu memastikan anaknya bahwa ia baik-baik saja, walau saat itu ia terbaring di tempat tidur dengan setumpuk obat resep dokter. Seorang ibu selalu mengkhawatirkan keadaan anak-anaknya yang tidak ada di sisinya, yang berbeda jarak ribuan kilometer dari tempatnya berada. Ia ingin selalu mengupdate kabar anaknya setiap hari. Namun ia tak dapat melakukan itu kecuali menggantinya dengan berbait-bait doa siang dan malam untuk kesehatan dan kesempurnaan hidup anaknya. Seorang ibu selalu berusaha agar anaknya tidak merisaukannya, namun ia membiarkan dirinya risau akan keadaan anaknya yang ia tidak ketahui dengan pasti yang tanpa disadari malah menjadikan penyakit pada dirinya. Seorang ibu selalu menyambut gembira anaknya ketika pulang dari rantau dengan sukacita. Memeluk dan mengusap-usap kepalanya. Memasakkan makanan kesukaannya dan setiap hari menjamu layaknya tamu tanpa peduli sudah berapa ratus ribu hutang belanjanya di warung. Seorang ibu berusaha menidurkan anaknya dipangkuannya walau sudah dewasa sekalipun. Memijat tubuhnya dengan penuh kasih sayang dan selalu tau berat badan anaknya yang menyusut atau bertambah. Seorang ibu selalu menolak sangu dari anaknya, merasa sangat malu menerimanya dan berusaha membayarnya kembali. Seorang ibu selalu mendoakan jodoh yang baik buat anaknya dan selalu ingin tahu siapa dan seperti apa calon pasangan anaknya. Seorang ibu selalu merindukan anaknya. Menasehatinya dengan petuah agama dan pergaulan hidup yang baik di setiap obrolan. Seorang ibu tidak pernah mengharapkan anaknya akan membalas segala pengorbanan yang pernah ia curahkan dan tidak pernah sedikitpun menghitungnya Setiap ibu yang ada di dunia ini punya keistimewaan masing-masing di mata anak-anaknya dengan keadaan yang berbeda-beda pula. Seorang ibu yang tinggal di kota dengan kehidupan seadanya akan punya cerita berbeda dengan seorang ibu yang tinggal di kota dengan kelebihan materi. Namun kita yang dilahirkan dari rahimnya akan punya cara masing-masing pula mengungkapkan rasa cinta kita pada ibunda untuk meraih surga yang ada di telapak kakinya. Karena ini kupastikan, ibu kita adalah perempuan yang lebih hebat dari Kartini yang hanya punya satu hari untuk diperingati. Ibu kita punya setiap waktu untuk kita ingat, untuk kita berbakti...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H