Mohon tunggu...
Abdy Jaya Marpaung
Abdy Jaya Marpaung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lihat, dengar, nulis

laki-laki yang senang berbagi cerita lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Uniknya Peringatan Maulid di Aceh

25 April 2010   15:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:35 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_126563" align="alignleft" width="300" caption="maulid di Aceh Barat - foto:abdyjaya"][/caption] Peringatan hari kelahiran Muhammad Saw, Nabi terakhir yang membawa risalah Islam diperingati dengan cara yang beragam di setiap daerah dan memiliki keunikan masing-masing. Di Aceh Barat, tempat dimana saya merantau. Perayaan maulid di sini cukup menarik untuk disaksikan atau diikuti jika ingin. Biasanya, maulid di Aceh dilaksanakan tidak hanya pada bulan Rabiul awal saja, melainkan bisa sampai tiga bulan setelah bulan rabiul awal masih ada yang melaksanakannya, begitu kata salah seorang warga Aceh yang pernah saya tanya. Sudah menjadi kebiasaan pula, masyarakat yang melaksanakan maulid akan mengundang warga-warga dari desa lain. Dan biasanya setiap warga memasak makanan untuk dimakan bersama-sama atau dibagikan setelah acara maulid selesai. Saya dan teman-teman turut diundang dalam peringatan maulid ini, namun hanya dalam acara kendurinya saja. Dalam acara kenduri, kita dihidangkan makanan atau terkadang makanan sudah dibungkus untuk dibawa pulang. Sementara warga lain melantunkan shalawat bersama-sama. Shalawat yang dinyanyikan itu biasanya diikuti dengan gerakan-gerakan tertentu. Bukan tarian, karena ini minim gerak. Warga duduk seperti duduk tasyahud dalam sholat dengan tubuh yang berhimpitan dan menggerakkan tubuh mereka dengan kompak diiringi shalawat yang mereka lantunkan. Sayangnya saya tidak dapat mengartikan shalawat yang dilantunkan dalam bahasa Aceh (warga setempat). Ada juga shalawat yang dilantunkan dengan berdiri disertai gerakan-gerakan tertentu yang asyik untuk dinikmati. Seperti yang saya bilang tadi, sangat berbeda dengan tarian. Karena gerakan yang mereka lakukan cenderung monoton sehingga bila kita tidak hafal gerakan itu, kita tetap akan mudah mengikutinya. Banyak kalangan menilai, maulid di Aceh kurang menyentuh substansi meneladani akhlak Rasul dan cenderung hanya sekedar acara makan-makan atau kendurinya saja. Ada pula yang berpendapat bahwa maulid adalah bagian dari syiar untuk memperingati hari lahirnya Rasulullah, menumbuhkan rasa cinta padanya dan meneladani akhlaknya melalui rangkaian shalawat yang dilantunkan. Terlepas dari silang pendapat seperti itu, cara peringatan maulid ini adalah bagian dari khazanah budaya bangsa yang tidak salah bila dilestarikan sepanjang kegiatan tersebut tidak menimbulkan mudharat yang lebih besar ketimbang manfaatnya. Bagi saya sendiri, maulid yang dilaksanakan di Aceh memiliki beberapa manfaat seperti;

  • meningkatkan rasa persaudaraan sesama muslim (silaturahim), dimana setiap desa yang melaksanakan maulid misalnya, mereka mengundang warga dari beberapa desa lainnya untuk memperingati maulid tersebut.
  • Bersedekah melalui kenduri, dimana setiap warga umumnya memasak makanan dan kemudian diberikan untuk orang-orang yang turut melaksanakan maulid tersebut. Tidak hanya itu, banyak warga yang khusus mengundang tetangga atau saudara atau pihak lain ke rumah dan menyantap langsung makanan di rumah mereka.
  • sebagai syiar Islam dan memperkuat nilai-nilai agama yang ada di dalam budaya daerah setempat.

Semoga saja manfaat ini bisa pula dirasakan bagi siapa saja yang memperingati maulid Nabi Muhammad saw...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun