Mohon tunggu...
Abdy Busthan
Abdy Busthan Mohon Tunggu... -

Nama : Abdy Busthan\r\n\r\nAlamat : Kupang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Duka

26 November 2013   00:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:41 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika aku ingin kembali,
Aku ingin senyum, bukan tangisan
Jika aku ingin membeli,
Aku ingin bernafas, bukan kematian

Jingga apa? warna apa? bedebah apa,
Jawabnya, itu naluri bukan pertapa,
Jujur, meski maskulin tak pantas ada,
Jantung langit juga liar mendekap bara

Tuhan, Tuhan, Tuhan,
Ampun, ampun, ampun,

Kereta badai menghujam dinding epidermis,
Harapan berderai, seakan biduk bersujud miris
Hari terkapar resah, dalam untaian sang pesimis
Seharusnya progeni berkelakar, lalu optimis

Tanpa ampun, amarah racunmu meneror
Tak tampak lagi peraduan maafmu mengalir
Tempat aman kian bringas menjadi kotor
Titah amanat semakin tak terhiraukan terukir
Tembang lara semakin sendu tak berpelipur

Aku hanya ingin,
Tak ada lagi tangisan di dunia ini,
Sebab tangisan selalu mengisyaratkan duka
Aku hanya ingin,
Tempat sembilu ini tak mengalir lagi,
Seakan menimpa mereka yg tak berdosa

Tuhan, akankah fakta mengingkari fakta?
Tuhan, bisakah musibah berganti mujizat ?
Tuhan, pernahkah kehidupan berlalu dari derita?
Tuhan, mampukah vonis itu harus diperlambat?

Oleh : Abdy Busthan,
Surabaya, November 2013
____________

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun