Mohon tunggu...
ABDUSH SHOBUR
ABDUSH SHOBUR Mohon Tunggu... wiraswasta -

Entrepreneur, Writer, Teacher

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Anda Manusia, Hewan, Setan, Malaikat, atau Manusia?

25 November 2014   00:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:57 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak manusia dilahirkan, kita sudah diberikan oleh Tuhan hak bebas (merdeka) untuk memilih apapun. Hak ini mungkin hanya diberikan kepada manusia, kenapa? Karena hanya manusia yang diberikan akal untuk berfikir dan memilih yang terbaik untuk dirinya. Oleh karena itu, jangan pernah memaksa seorang pun untuk berfikir dan berkeyakinan seperti kita. Karena Tuhan pun tidak pernah memaksa.

Tuhan memberikan hak kebebasan kepada manusia karena ia makhluk yang sangat istimewa. Manusia pada potensinya bisa lebih buruk daripada hewan, tetapi bisa lebih tinggi daripada malaikat. Di dalam teori kebutuhan Abraham Maslow, manusia memiliki beberapa tingkatan kebutuhan, di antaranya: fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, & aktualisasi diri. Tapi, menurut hemat saya, setidaknya hanya ada tiga hierarki saja, yakni: fisiologis, intelektual dan spiritual.

Dari penjelasan di atas, dapat saya simpulkan, bahwa manusia yang diberikan segala macam potensi (anugerah) dari Allah Swt. akan menjadi lebih rendah daripada hewan jika dia masih mengorientasikan kehidupannya hanya pada tahap awal, yakni urusan perut dan "di bawah perut" (fisiologis). Mereka menafikan anugerah-anugerah Tuhan yang lainnya. Tuhan berfirman "...Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat kebesaran (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seumpama binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (TQS. al-A’raf, 7 : 179 ).

Manusia akan lenih mulia lagi jika ia naik pada hirarki kebutuhan yang ke 2, yakni: kebutuhan akan pemenuhan intelektualnya. Hal ini, mengingat potensi manusia yang telah diberikan (akal) yang tidak diberikan kepada makhluk yang lainnya. Maka, dia akan haus untuk mencari ilmu pengetahuan dengan aktivitas-aktivitasnya seperti, membaca, menulis, berdiskusi, atau dalam bahasa arab sering dikenal dengan tadabbur, tadzakkur, tafakkur, dst. Mereka akan merasakan kepuasan tertentu jika dapat menemukan sebuah pengetahuan dari Tuhannya.

Tingkat yang ketiga, yakni kebutuhan sipiritual. Manusia yang sudah melewati tingkat kebutuhan pertama dan kedua, akan memiliki derajat yang lebih tinggi daripada malaikat. Mereka adalah manusia-manusia yang memiliki keintiman dengan Tuhan. Bukankah dari segala macam aktivitas kehidupan ini puncaknya adalah agar memiliki hubungan yang mesra dengan Tuhan. Begitulah para kekasih Allah. Mereka akan senantiasa ingat kepada-Nya baik di saat duduk, berdiri, maupun tidur. Kebutuhan perut dan di bawah perut yang sering dijuluki dengan istilah nafsu, sudah tidak lagi difikirkan. Bahkan, seluruhnya adalah persembahannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan mereka akan merasakan kepuasan yang tiada terhingga ketika mampu memenuhi kebutuhan spiritualnya. Bahkan, perjumpaan dengan Tuhannya akan menjadikan momen yang sangat membahagiakan.

Kesimpulannya:
1. Orientasi kepada kebutuhan perut & "di bawah perut" saja, lebih rendah daripada hewan.
2. Orientasi kepada kebutuhan intelektual, manusia lebih mulia daripada hewan.
3. Orientasi kepada kebutuhan spiritual, manusia lebih mulia daripada malaikat.

Anda berada pada tingkat yang mana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun