Anolog pertama, andai kita menerima korek yang dititipkan seseorang dengan tangan terbuka dan menggenggamnya untuk menjaga korek tersebut,dan sewaktu si empu korek mengambilnya kita dengan sukarela membuka jemari kita lagi seperti awal kita menerimanya, maka niscayakita tidak sakit meski sedikit rasa kehilangan kala korek diambil kembali.
Tetapi jika setelah kita menerimanya dengan jemari yang terbuka dan lantas kita genggam, bahkan sewaktu sang pemiliknya meminta kita, jemari tetap menggenggam dengan erat, maka paksaan akan terjadi, sakit terasa korek lenyap itu suatu keniscayaan.
Analog kedua andai kita dititipkan untuk menjaga dan mengatur rumah, terserah akan diapakan oleh kita, namun tatkala waktu tempo telah tiba kita disuruh meninggalkannya.
Apabila kita, mengikuti aturan sang pemilik rumah, ketika utusannya menyuruh kita tuk pergi meninggalkan rumah tersebut, maka kita dihantar sang utusan dengan baik.
Namun jika kita menolaknya, bahkan bersembunyi di tempat sempit dari ruangan yang ada, niscaya sang utusan kan menyeret kita memaksa kita tuk keluar rumah tersebut.
Itulah gambaran kala ruh ketika dicabut sang malaikat maut... Mudah mudahan kita Husnul khotimah. Wallahu alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H