Polusi diakibatkan oleh semakin maraknya penggunaan kendaraan yang digunakan. Dan pengguna sebagian besar belum mampu memilih prioritas. Bahkan, terkadang kendaraan malah jadi ajang pamer. Jika diamati, kendaraan yang paling banyak digunakan adalah sepeda motor. Dan masih banyak pengguna sepeda motor yang belum memenuhi kewajiban. Seperti harus punya SIM (Surat Ijin Mengemudi), tertib pajak dll.Â
Apabila kita tilik ulang, hampir tak ada rumah yang tak punya sepeda motor. Bahkan, satu rumah pun banyak yang memiliki sepeda motor lebih dari satu. Dan itu tak masalah, jika memang sesuai kebutuhan.Â
Masalah utamanya, ketika anak mulai sekolah ditingkat pertama. Mulai banyak dari mereka yang mengendarai sepeda motor. Sampai terkadang mengancam orangtua, tidak akan sekolah jika tidak dibelikan sepeda motor. Jika kita teliti, sepeda motor orangtua yang lebih membutuhkan tidak lebih baik dari sepeda motor yang digunakan anak untuk sekolah.Â
Di masyarakat pun, warga mendukung
 adanya polusi. Jika ada tetangganya yang berkeperluan dalam jarak tempuh dekat dan berjalan kaki akan dianggap asing. Sehingga para warga enggan berjalan kaki karena malas keseringan ditanya "Loh, mana motornya?"
Bahkan, tak sedikit orang tua yang malah terlalu membebaskan anaknya yang masih usia SD mengendarai sepeda motor. Dengan dalih, tidak mengganggu waktu istirahat orang tua atau hemat tenaga orang tuanya.Â
Sekedar saran, jika jarak tempuhnya belum mencapai 1 kilometer diusahakan berjalan kaki saja. Dengan harapan dianggap berolahraga dan menjaga kesehatan. Serta, jika perlu dibuat peraturan dilingkungan bahwa anak dibawah umur cukup menggunakan sepeda.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H