Persoalan lingkungan merupakan salah satu isu global yang krusial dan menuntut kerlibatan semua pihak dalam penangananya. Dalam hal ini sektor pertanianpun tidak luput jadi sasaran, pertanian moderen yang dibangakan justru ikut merusak lingkungan secara masif.Â
   Sistem pertanian konvesial adalah salah satu sistem pertanian yang dapat penyumbang kerusakan lingkungan, mulai dari pembabatan hutan yang dialih fungsikan untuk membuka lahan pertanian. Hal ini secara tidak langsung dapat memicu datangnya banjir karena deforestasi tersebut, kemudian di tambah lagi bahan-bahan kimia yang dilakukan oleh petani untuk tanamannya seperti menggunakan pestisida sintesis yang secara tidak langsung dapat merusak mikrobiologi tanah, kurangnya unsur hara tanah dan air lebih parahnya pengunaan pestisida tidak hanya terjadi pada lahan atau tanah garapan melainkan juga menimbulkan kepunahan terhadap mahluk-mahluk sekitar.Â
     Hal ini sangat berpengaruh dengan adanya Program Revolusi Hijau (Green Revolution) sewalaupun program ini berjasa untuk produksi tanaman pangan nasional, namun program ini juga merupakan salah satu terjadinya kerusakan lingkungan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, pada saat ini banyak yang didengungkan konsep pertanian biodinamik sebagai solusi untuk mengurangi kerusakan pertanian. Konsep pertanian ini yaitu dengan back to nature atau kembali ke alam (bahan alami) dengan memanfaatkan limbah sayuran, kotoran hewan untuk dikelola dijadikan pupuk organik. Selain murah dan ramah lingkungan, pertanian organik bisa menjadi alternatif bagi para petani yang menyadari bahwa penggunaan pupuk pestisida sintesis  sangat membahayakan bagi lingkungan (ekosistem).Dengan konsep ini lahan akan kembali pulih dari kurangnya unsur hara tanah dan air yang sempat hilang, petani juga akan mandiri terkhusunya dalam pengadaan pupuk dan tidak bergantung pada pabrik pupuk kimia.
    Namun, meskipun sudah terbukti untuk mengurangi kerusakan ekosistem pertanian, tidak semudah membalikan telapak tangan dalam menjalankan pertanian organik. Berbagai tantangan menghadang seperti kebiasaan petani yang sudah terbiasa  menggunakan bahan kimia yang lebih cepat terlihat efeknya daripada bahan organik, juga kebijakan pemerintah yang selama ini masih kurang berpihak terhadap petani dan juga lembaga terkait yang terlibat ke lapangan untuk mengobseravsi dalam menangani permasalahan tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI