Mohon tunggu...
Abdurrohim
Abdurrohim Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Petani tulen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sisi Gelap Sistem Pertanian Monokultur

26 Maret 2024   22:45 Diperbarui: 26 Maret 2024   23:14 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Area Monokultur/dok. pri

Apa itu monokultur yakni sistem pertanian yang menanam satu jenis tanaman di lahan pertanian. Dari segi kelebihan memang sistem pertanian monokultur lebih mudah dan memungkinkan mendapatkan hasil panen yang melimpah. Sayangnya, penanaman monokultur membuat lahan pertanian menjadi ringkih dan mendatangkan banyak hama. 

Di berbagai daerah, dalam beberapa minggu terakhir banyak di laporkan tentang penurunan produksi dan kegagalan panen pada tanaman di akibatkan serangan hama. Hal ini sebenarnya disebabkan oleh perubahan perilaku petani dalam menerapkan sistem budidaya di lapangan. Sistem pertanian telah dikembangkan dengan banyak meninggalkan kearifan lokal dan tidak berbasis pada konsep kealaman. Beberapa contoh kasus di lapangan seperti penanaman satu jenis tanaman secara berulang dan terus menerus (monokultur), penamanan tidak serempak penyederhanaan jenis tanaman, dan sebagainya menjadi pemicu banyaknya kegagalan panen.

Selain itu, kesuburan tanah dapat menurun dan ketergantungan pada pemupukan kimia menjadi lebih tinggi. Untuk mengurangi risiko ini, rotasi tanaman dan interkultur sering direkomendasikan dalam pertanian untuk menjaga keanekaragaman biologis, mengurangi risiko serangan hama dan penyakit, serta menjaga kesuburan tanah. Maka dari itu, bila kita terus-menerus menanam hanya satu jenis tanaman yang mempunyai kebutuhan nutrisi tertentu di lahan yang sama dan kita mengambilnya ketika tanaman tersebut sudah matang, maka siklus ini akan terputus. Hanya masalah waktu sampai nutrisi yang disukai tanaman habis.

Kemudian keanekaragaman yang tidak memiliki tanaman tunggal tidak dapat memperkaya tanah dengan beragam nutrisi seperti yang dapat dilakukan oleh ekosistem alami. Sebaliknya, setiap tanaman menghabiskan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Itulah sebabnya para petani harus menyuplai unsur hara ini setiap tahun secara buatan. Semakin lama tanaman monokultur tumbuh di lahan yang sama, semakin banyak pula pupuk yang dibutuhkan karena tanah semakin lelah dan rusak.  

Di sinilah lingkaran setan berakhir karena tidak peduli berapa banyak air dan pupuk yang diberikan, tanah tidak mampu menyerap dan memanfaatkannya untuk pertumbuhan tanaman. Dampaknya adalah peningkatan limpasan unsur hara pekat yang mencemari daerah sekitarnya, sementara lahan pertanian semakin sedikit menghasilkan hasil. 

Aktivis dunia Dr Vandana shiva menilai "pertanian monokultur tidak mengindahkan keanekaragaman hayati karna dampak yang di timbulkan dari sistem tersebut adalah kerusakan alam dan meningkatkan angka kelaparan".

Amarika utara adalah salah satu contoh kehancuran yang di sebabkan oleh sistem pertanian monokultor merupakan penyakit hawa jagung pada tahun 1970 yang merusak lebih dari 15 persen tanaman jagung. Hal ini terjadi karena 70% tanaman ditanam pada varietas dengan hasil tinggi sehinga jagung lebih rentan berbahaya.

Kemudian Kasus dramatis lainnya terjadi di Irlandia antara tahun 1845 dan 1852, ketika 75 persen tanaman pangan pokok negara tersebut -- kentang -- terinfeksi penyakit hawar kentang (hama mirip jamur Phytophthora infestans) yang menghancurkan sebagian besar hasil panen. Dampak serangan hama dalam jumlah besar sungguh tragis. Hampir satu juta orang meninggal karena kelaparan dan banyak lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka dalam upaya putus asa untuk melindungi keluarga mereka dari kelaparan yang telah berlangsung selama tujuh tahun ini. Angka-angka ini ekstrim dan patut membuat kita khawatir. Ketika ada kebutuhan untuk memasok begitu banyak nutrisi yang diproduksi secara sintetis ke lingkungan, bukankah itu berarti tindakan yang kita lakukan.

Seperti disebutkan di atas, para petani yang terus menanam tanaman tertentu dari tahun ke tahun, pada akhirnya mendapati bahwa hama, gulma, dan penyakit semakin meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan penggunaan pestisida.  Selain mencemari tanah dan air tanah dalam beberapa kasus, hama dan penyakit juga dapat mengembangkan resistensi terhadap pestisida. Ketika serangan meningkat, petani perlu menggunakan pestisida yang lebih banyak dan berbeda.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun