Mohon tunggu...
Abdurrohim
Abdurrohim Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Petani tulen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pupuk Kimia Bukan Solusi (Edukasi Pupuk Organik Terhadap Petani di Bima)

23 Maret 2024   20:04 Diperbarui: 23 Maret 2024   20:26 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Bima NTB sejumlah petani rata-rata menggunakan pupuk kimia untuk tanamanya, hal ini yang menyebabkan semakin kurangnya unsur hara terhadap tanah maupun tanaman. Mengingat saat ini petani hanya bergantungan terhadap pupuk kimia, maka tanah yang di olah akan di kendalikan sepenuhnya oleh bio katalis

Kemudian sebagian besar petani di Bima NTB, mengandalkan pupuk kimia untuk meningkatkan hasil panen mereka. Berbeda dengan petani di Jawa yang seringkali memilih untuk membuat pupuk mereka sendiri dengan bahan-bahan alami. Perbedaan ini tidak hanya mencerminkan perbedaan dalam praktik pertanian, tetapi juga mencerminkan aspek budaya dan lingkungan yang berbeda di dua wilayah ini.

Para petani di Bima, terjebak dalam keterbatasan sumber daya dan akses terhadap informasi, cenderung bergantung pada pupuk kimia yang tersedia di pasar lokal. Meskipun pupuk kimia dapat memberikan hasil yang cepat dan terlihat, penggunaannya dapat menimbulkan dampak negatif jangka panjang terhadap kesehatan tanah dan lingkungan. Namun, terbatasnya pengetahuan dan alternatif yang tersedia membuat para petani sulit untuk beralih ke praktik pertanian yang lebih berkelanjutan.

Salah satu dampak berlebihan dalam menggunakan pupuk kimia, bisa menimbulkan dampak yang merusak kesuburan tanah itu sendiri. Sebab, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pupuk ini adalah bahan-bahan kimia. Bahan kimia yang tak terserap oleh tanaman, akan tertinggal di dalam tanah. Zat kimia ini nantinya akan mengikat molekul tanah, membuatnya tak gembur lagi dan kering. Setelah kering, tanah akan lengket dan keras.

Di sisi lain, petani di Jawa telah lama mempraktikkan pembuatan pupuk organik dari bahan-bahan alami yang mudah didapat di sekitar mereka, seperti kompos, pupuk kandang, dan limbah organik lainnya. 

Praktik ini tidak hanya membantu mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, tetapi juga memungkinkan petani untuk mengelola tanah mereka dengan lebih berkelanjutan. 

Selain itu, pembuatan pupuk sendiri juga mencerminkan kearifan lokal dan kebudayaan petani Jawa dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan bijaksana.

Maka dari itu petani di Bima NTB, mulai mengunakana pupuk organik buatan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos dari limbah sayuran ataupun pupuk organik berupa kotoran ayam,kotoran sapi, kotoran kambing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun