Pisang di Pangkal Pahaku

Pada suatu malam minggu seharusnya bisa pulang dengan selamat. Mati-matian menolak dengan seribu satu alasan. Meski, pisangku tak kuasa dengan godaan. Para mahasiswi blonde mengajak clubing dengan banyak godaan dan sedikit pemaksaan. Mereka akan berhenti membantu tugasku di kampus. Hingga, nasib berkata lain dengan ketentuan dan ancaman. Kini Aku tunduk pada keinginan dan permintaan gadis perawan. Walaupun firasat bahwa pisang dipangkal pahaku akan ditawan.

Pesta clubing hanya sementara, benar diriku digaet pindah oleh gadis-gadis ambisius. Apa yang menimpa malam ini mengantarkan pada kamar terkunci. Mereka menampilkan tubuh seksi lalu mendekati. Penuh gairah membuka bungkus pisang muda Asia dengan penasaran. Mereka menjilat pisang panjang yang berurat penuh hasrat. Hasrat tak terbendung dengan malam bergejolak. Makin meningkat gejolak diri kami semenjak rongga penetrasi. Ini yang membuat mereka seolah "melayang" tanpa merasa kurang. Tidak sepenuhnya ditegakkan kecuali secercah keadilan. 

Sungguh aku berbagi cairan manis pisang secara adil. Cairan ini ibarat Liverpool yang menembus gawang hingga berdarah-darah.  Perjuangan lama hingga mereka benar merintih dalam kepuasan malam. Tuduhan Liverpool sebagai pecundang tersebut langsung terbantahkan. Pertandingan Liverpool membawakan kemenangan untuk gol gawang depan dan gol gawang belakang. Liverpool juara bukan main senyumannya.

Keadaan bertambah baik manakala kemampuan Liverpool merambat, menghampiri, dan menyusuri bagian rahim mereka. Para gadis menjadi fans liverpool dengan hati mereka menerima rangsangan klimaks. Gocekan terbaik untuk jaminan pertandingan ke depan. Liverpool akan menghabiskan banyak semester dalam gairah musim kemenangan. Musim ini juga yang menganggap pisang adalah sumber protein yang terjangkau di California. Belajar dari pangkal paha untuk gelora cinta membahana sampai pelukan prestasi.

Puisi menarik pada Minggu tanggal (02/08/2020)