Mohon tunggu...
Abdurrofi
Abdurrofi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penyuka Kopi dan Investasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Investasi gagasan untuk masa depan

Selanjutnya

Tutup

Financial

Menguji Kesetiaan di Tengah Keuangan yang Rapuh

3 Februari 2021   21:32 Diperbarui: 3 Februari 2021   21:47 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menguji kesetiaan di tengah keuangan yang rapuh. Sumber Gambar : Canva/Abdurrofi A Azzam

Pada dasarnya pria mencintai wanita dan wanita mencintai pria ideal dengan kekuatan keuangan meningkatkan kesejahteraan emosional mereka, rata-rata, dengan perceraian hampir sama dengan tinggal dalam pernikahan yang tidak bahagia.

Pengaruh keuangan yang rapuh pada variabel-variabel karakteristik individu terhadap tingkat kebahagiaan istri menurun di Indonesia. Itulah mengapa gugatan perceraian tinggi di Pengadilan Agama.

Banyaknya pria mendadak mengalami pemutusan hubungan kerja tanpa kompetensi dan kemampuan entreuprenership antar benua atau antara kota membuat mereka tidak bisa  memikul kewajiban yang luhur memberi nafkah.

Oleh karena itu untuk menegakkan kesetiaan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat tidak semudah api asmara. Hakim memaklumi perceraian karena pria tak mampu memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga anak dan istri.

Awal pengangguran tidak sesuai dengan cita-cita pernikahan dikatakan telah melakukan wanprestasi. Itulah mengapa keuangan relatif dapat menjelaskan lebih baik tingkat kebahagiaan individu wanita dibanding kesetiaan absolut.

Keuangan yang rapuh penyebab ketidakharmonisan ini rentan pada perceraian karena pria seolah-olah kurang bertanggung jawab dalam masalah nafkah lahir pada istri dan anak.

Pada dasarnya kita sebagai pembaca harus sabar menghadapi episode covid-19 dengan perceraian tidak meningkatkan kesejahteraan emosional pria di dunia, rata-rata, dengan perceraian tersebut.

Ketakutan menikah karena banyak kasus perceraian orangtua memiliki probabilitas anak keturunan mereka yang mengatakan sangat tidak bahagia lebih rendah dibanding dengan individu yang tidak miskin.

Pria bisa memberikan nafkah di tengah ekonomi yang rapuh sedangkan sedikit wanita bisa memberikan kesetiaan mereka dalam kerapuhan ekonomi  karena tidak relevan dengan hukum agama dan norma sosial.

Daripada pernikahan silang-menyilang tidak menentu lebih baik menikah terencana selaras dengan hukum agama dan norma sosial bahwa perceraian adalah jalan ketidaksetiaan paling terhormat terhadap pria yang tidak bertanggung jawab nafkah lahir berupa finansial.

Jika perceraian bukan rencana pria. Maka mengevaluasi diri dan meningkatkan tingkat penerimaan. Ketika pria harus berubah pikiran dan indeks penghasilan per kapita, lebih banyak wanita akan menyesal .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun