Habib Rizieq Orator Yang Ulung Sayap Kanan
Habib Rizieq berlatih menjadi orator ulung sejak rezim orde baru jatuh seolah-olah peluang FPI mewujudkan eksistensi dengan bicara meledak-ledak tanpa norma seperti Soekarno. Â Pemakain kata-kata umpatan, hinaan, ejekan dan tuturan sejenisnya memang disukai di Indonesia sebagai sisi gelap Indonesia
Kata-kata soekarno membakar menyerukan anti kolonialisme dan imperialisme mengendus adanya neo-kolonialisme. Saat Soekarno mengamuk di Gedung Putih Amerika Serikat : Go to Hell With Your Aid!
"Presiden goblok, Udah menteri agamanya, Saudara, Sesat! Kurang ajar! Qorinya dajjal. Istananya menjadi istana iblis," ucap Habib Rizieq dalam kesempatan lain mengkritisi Al-Quran pakai lagam jawa oleh pemerintah jokowi.
Selain di dalam negeri, Habib Rizieq juga pernah meledek mantan Presiden Indonesia, Soekarno. "Pancasila, Soekarno, Ketuhanan, ada di pantat!" katanya. Habib Rizieq juga menyinggung organisasi PBB.
"Mulai hari ini, mari kita sebut PBB anjing. Bukan lagi sebagai Perserikatan Bangsa Bangsa, tapi bangsat-bangsat," tutur Habib Rizieq.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa masyarakat Indonesia merasa terwakilkan dengan orasi membabi buta. Pengakuan  terhadap eksistensi  hak atas  kebebasan  berapat,  berkumpul, dan  mengeluarkan  pikiran diwakilkan oleh orator PNI versi putih.
Jika Soekarno mengeluarkan kata revolusi tidak pernah berhenti. Habib Rizieq mengeluarkan fatwa revolusi akhlak. Pendukung bung karno akan menyebut bung karno karismatik dengan mengamuk di Gedung Putih Amerika Serikat : Go to Hell With Your Aid begitu juga pendukung Habib Rizieq. Mereka kagum pada Ulama yang beda.
***
Strategi Politik Habib Rizieq Berbasis PNI Versi Putih
Soekarno membuat tesis politik merah sedangkan Habib Rizieq membuat anti-tesis bukan merah sehingga ia membuat spektrum politik berwarna putih. Salah besar asumsi kubu PDIP beranggap FPI beraliansi dengan HTI apalagi ISIS karena Habib Rizieq menggunakan strategi anti-tesis soekarno dari PNI versi merah.
"Politik Habib Rizieq melibatkan tesis dan anti tesis sehingga menjadi sintesis untuk menciptakan dua poros besar menuju politik seperti di Amerika Serikat yakni Partai Republik dan Partai Demokrat." Ucap Abdurrofi
Bagi pembaca mengetahui bentuk dan logo FPI persis seperti partai PNI namun PNI menggunakan Kepala Banteng merupakan simbol sila ke-4 yang berbunyi 'Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan.Â
Pemikiran Soekarno memperinci bahwa ideologi PNI versi merah adalah Marhaenisme. Pemikiran Soekarno yang bersumber dari pemikiran-pemikiran dari Karl Marx diolah lebih baik mewakili perjuangan kaum proletar.
Dalam konteks Indonesia yang belum memasuki revolusi industri dengan perlawanan kelas buruh. Pemikiran Soekarno mengacu proletar pada buruh tani yang dijumpai Bung Karno di daerah Bandung, Jawa Barat bernama Mang Aen.Â
Mang Aen buruh tani menjadi simbol perjuangan kelas proletar terhadap sistem kolonialisme, Â imperialisme, dan neo-kolonialism serta kapitalisme. Pergeseran kapitalisme menuju kemerdekaan merupakan bentuk protes Soekarno dengan pemikiran Karl Marx.
Untuk menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme perlu diganti dengan paham komunisme sedangkan Soekarno berpendapat integrasi pemikiran melalui pandangan Nasionalis Agama dan Komunis (Nasakom).
Pandangan terhadap paham kapitalisme, berbeda dengan soeharto berteman dengan barat pasca peristiwa G 30SPKI. Sedangkan Habib Rizieq lebih menggunakan Islam karena mayoritas Indonesia memeluk Islam. Inilah kebhinekaan pemikiran.
Berdasarkan pendapat Hegel, realitas bukanlah suatu keadaan tertentu, melainkan sebuah proses sejarah yang terus berlangsung. Maka, Transformasi dari pemikiran marxisme menuju marhaenisme dilanjutkan kapitalisme sampai puncak yakni Islam sebagai posisi teratas dalam butir pancasila.
Perjuangan Habib Rizieq mengarah pada  menegakkan Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar di setiap aspek kehidupan. Agenda syariat Islam dimasukkan Indonesia relevan dengan pasal 29 UUD 45 yang berbunyi, "Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam gerakan sipil.
Berdasarkan penjelasan diatas, bukan tidak mungkin Habib Rizieq Indonesia menambahkan "kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya"Â seperti yang tertera pada butir pertama dari Piagam Jakarta yang dirumuskan pada tanggal 22 Juni 1945.Â