***
Temujin Mempelajari Kepemimpinan Singa dan Serigala
Seorang anak muda dari mongolia bernama Temujin dengan gelar Genghis Khan belajar dari serigala untuk dijadikan strategi penaklukan didesain hebat. Ia sebagai Kaisar mongol yang pernah menguasai Asia dan Eropa setelah menyatukan suku-suku nomaden di dataran tinggi Mongolia.
Temujin melihat strategi serigala dalam berburu, menurut Temujin serigala dan singa memiliki kode etik sendiri. Sekawanan serigala dibimbing oleh pimpinan mereka akan mengintai korbannya dari suatu tempat sedangkan singa jantansudah menikah, ia hanya rebahan sehingga para singa betina bergerak sendiri untuk mencari korbannya.
Temujin meneliti bahwa singa jantan muda harus berburu sendiri namun setelah ia menikah maka singa betina yang melakukan tugas berburu untuk penyerangan. Sedangkan komplotan serigala diam sambil memperhatikan kapan waktu yang tepat melakukan penyerangan dalam berburu. Artinya, singa betina berburu tanpa komando sedangkan secara hierarkis serigala berburu dengan komando pimpinan.
Meski serigala dalam kondisi sangat lapar, mereka akan melakukan pengintaian selama berjam-jam. Mereka membiarkan rusa, gajah dan zebra calon korbannya merumput sampai kenyang dan jika dikejar larinya kurang gesit. Sedangkan para singa betina memanfaatkan para korbannya dalam kondisi lapar juga agar mudah diburu.
Temujin ingin membuat generasi mongolia seperti para serigala yang mereka makan bersama dengan ganas, menggigit, dan menerjang sebanyak-banyaknya korbannya. Kadang mereka berebut dan kehabisan makanan sehingga harus berburu lagi. Temujin menguasai dunia dengan perang yang membunuh lebih dari 40 Juta manusia. Ia tidak ingin seperti singa si raja hutan yang gagah tapi untuk berburu diserahkan kepada para singa betina harus menunggu singa jantan makan.
Filosofi mongolia bermakna dalam, dan faktanya, serigala merupakan hewan sosial yang memegang teguh terhadap prinsip hierarki dan kepemimpinan. Berbeda dengan singa yang masih dapat dijinakkan, serigala adalah hewan buas yang sangat sulit untuk dijinakkan. Itulah sebabnya serigala tidak pernah ada di dunia sirkus, sebab serigala hanya akan mematuhi pemimpinnya.
Manusia tidak bisa masuk dalam hierarkis serigala namun Temujin ingin membangun hierarkis berdasarkan pengalaman meneliti kepemimpinan singa dan serigala karena menurut Temujin bahwa hierarki dalam kepemimpinan adalah aturan yang wajib dipatuhi bersama sehingga serigala memiliki warisan genetik sebagai spesies yang selalu hidup dalam keluarga besar menjadi penyintas ganas di alam liar.