Mimpi Saja Dilarang dan Terjadi Penusukan Minoritas Arab Katanya Demokrasi

Katanya Demokrasi kok mimpi dilarang dikutip dari Mahfud MD bercerita tentang Gus Dur yang sangat demokratis. Pihak kepolisian menangkap Haikal Hassan atas viral "mimpi bertemu Rasulullah". Beberapa bulan lalu Mahfud MD sedih dan berduka atas penusukan Syaikh Ali Jaber. 

Cerita tentang Mahfud MD bertemu beberapa korban menunjukkan demokrasi Indonesia tidak baik-baik saja. Ini menjadi alarm dengan toleransi menurun terhadap minoritas keturunan Arab kendati demikian keadilan disebut ilusi mata melihat indeks demokrasi naik 2,53 poin.

Ketika kita melihat-lihat ini sangat tidak rasional ketika seseorang muslim bermimpi bertemu Rasulullah kemudian ini dilarang apalagi berujung penangkapan oleh pihak kepolisian. Tahun 2020 ini banyak cerita mengharukan dari Indonesia untuk penjuru dunia.

Salah satu yang saya lihat penikaman kepada Syaikh Ali Jaber membuat saya begitu sedih. Gejala-gejala yang sangat parah bisa saja menimpa warga negara Indonesia keturunan Arab lainnya di Indonesia. 

Kita melihat Syaikh Ali Jaber tidak merasakan demokrasi yang aman di Indonesia mengapa begitu banyak membenci orang-orang keturunan Arab. Oleh karena itu, kita tidak perlu melihat latar belakang seseorang baik arab maupun non arab dalam memenuhi hak-hak warga negara. 

Diskriminasi terhadap untuk terlibat aktif di masyarakat. Hak warga negara  menjadi penting untuk dijamin negara demokrasi dalam bermimpi. Namun Apabila hak-hak ini dilarang maka negara ini sudah tidak demokratis karena hak minoritas keturunan Arab tidak dipenuhi.

Mimpi rakyat terutama keturunan Arab ingin pemimpin yang adil, tidak bohong, dan memberantas korupsi sampai akarnya. Prinsip penyelenggaraan negara harus baik dan mereka berharap banyak perubahan di Indonesia.

Kemudian kita menyadari perhatian dan kepentingan bersifat politis untuk menghadirkan kesetaraan untuk setiap warga negara. Persoalan ini akan merambat ke persoalan lainnya seperti sosial, ekonomi dan politik.

Hal ini bukan tanpa sebab karena minoritas keturunan Arab memiliki pengaruh di komunitas-komunitas masyarakat beragama Islam. Acapkali beberapa komunitas Islam di Indonesia menganggap diskriminasi minoritas ini juga bukan terjadi pada non-Islam.