Warga negara Israel mencakup kaum minoritas islam dan mayoritas yahudi ingin merasakan hidup berdampingan dalam keberagaman di Indonesia. Jangan baper dulu kalo ada orang palestina berwarganegara Israel ke Indonesia. Indonesia terkenal "surga dunia" dengan keindahan alamnya karena terletak di wilayah khatulistiwa.
Demi mewujudkan perdamaian dunia Indonesia tidak pernah perang oleh karena itu Indonesia-Israel menjamin perdamaian sejenis ini menguntungkan. Beberapa media nasional Indonesia memberitakan tahun 2020 mengenai visa khusus ini.
Presiden Jokowi melalui Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM membuka pelayanan visa elektronik (e-Visa) bagi warga Israel dan 7 negara lainnya dengan subjek calling visa atau layanan visa khusus negara dengan tingkat kerawanan tertentu.
Bagi kamu yang berwarganegara Israel bisa mengajukan permohonan melalui website www.visa-online.imigrasi.go.id. Ekspansi orang-orang Israel bisa berdagang, jalan-jalan dan pesta di Indonesia. Beberapa orang Israel juga bisa memanfaatkan hotel menginap untuk ritual ibadah yahudi dan beragama Islam bisa ke masjid di Indonesia.
Indonesia sangat aneh dengan kebijakan ini karena kebijakan Jokowi yang menguntungkan Indonesia tidak didukung Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menyoroti soal kebijakan pemerintah Indonesia yang membuka pelayanan visa elektronik bagi warga Israel.Â
Rasionalitas prinsip politik luar negeri pemerintah Indonesia oleh Jokowi tidak pernah direstui juga oleh Presiden Soekarno jika Presiden Soekarno masih hidup. Bahkan, delegasi Israel tersebut untuk tambang tidak mendapat respons positif dari Soekarno pada 1990-an.
Kita tahu bahwa langkah diplomasi menyuarakan kemerdekaan Palestina dimulai saat Presiden Soekarno menggagas Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1953. Israel itu adalah negara penjajah yang telah teramat banyak melakukan tindakan yang sangat-sangat melanggar hak asasi manusia. Orde Lama berbeda dengan reformasi dimana kebencian Israel telah menurun signifikan.
Orang Israel sulit diterima di Indonesia dibandingkan orang palestina karena Palestina dan Indonesia memiliki kesamaan pernah dijajah sumber daya manusia dan dieksploitasi sumberdaya alam. Franz Fanon berpendapat bahwa kolonialisme merusak politik, psikologi, dan moral negara terkolonisasi.