Mencari titik temu dua sudut pandang sejarah Indonesia sebagai bangsa penjajah Timor Leste meskipun Indonesia merdeka, perang tidak usai tapi tidak dengan pertempuran narasi sejarah tidak terdapat dalam kurikulum Merdeka dari Indonesia.
Dari tahun 2014 hingga 2017, Kementerian Pendidikan Timor Leste mengembangkan dan memproduksi lebih dari 150 buku, termasuk buku panduan guru, buku siswa, atlas, dan buku cerita dalam bahasa Tetum dan Portugis.
Penjajahan Indonesia atas Timor Leste dalam sejarah perspektif Timor Leste berlangsung pada tanggal 28 November 1975, Fretilin dan Presiden pertama Republik, Xavier do Amaral, secara sepihak memproklamasikan Kemerdekaan Timor-Leste tidak diakui Indonesia.
Fretilin merupakan kependekan dari Frente Revolucionária de Timor-Leste Independente yang dalam bahasa Portugis adalah sebuah gerakan pertahanan yang berjuang untuk kemerdekaan Timor Timur.
Presiden Soeharto menjadi pimpinan penjajahan dengan dalih melindungi warganya di wilayah Timor, menyerbu bagian timur dan mengganti nama wilayah Timor Timur, menjadikannya provinsi ke-27 menerima dukungan dari pemerintah Amerika Serikat.
Presiden Soeharto bagi Indonesia untuk memberantas gerakan separatisme dengan latar belakang untuk menghapuskan kolonialisme dan melihat Fretilin sebagai organisasi berorientasi Marxis.
Sejak tahun 1975 mulai adanya proses peralihan kekuasaan wilayah dari pemerintah Portugal ke tangan pemerintah Indonesia membuat banyak orang Timor Leste hidup dalam ketakutan menghadapi penjajahan baru dalam kurikulum Timor Leste.
Timor Leste yang melakukan perlawanan bawah tanah melawan Indonesia karena kesamaan budaya dengan Portugal sudah kadung menyiapkan sambutan atas kunjungan Portugal sebagai ciri-ciri khas sebagai “Orang Timor Leste Kristen”.
Penjajahan Timor Leste oleh Indonesia selama 47 tahun hingga Presiden pertama Timor Leste setelah negara ini meraih pengakuan kemerdekaan pada tahun 2002 dipimpin aktivis perjuangan Xanana Gusmão mendapatkan pengakuan Indonesia pada era reformasi.