yang saya alami. Bukan dari ahli kubur, tapi dari keluarga
atau handai tolan si mati, bahkan masyarakat antah-berantah
yang tidak ada hubungan sama sekali dengan ahli kubur.
Saya pernah ikut menunggui kubur seorang juragan tanah
yang taksiran asetnya katanta tak kurang dari 100 milyar.
Bayangkan! Kami yang miskin papa dalam 100 hari ke depan
digunjingkan akan segera jadi jutawan. Namun faktanya adalah
justru berkebalikan. Sang juragan, karena banyak bini dan anak,
malah nyaris tidak ada yang mengurus. Semua anggota keluarga
sibuk mengendus dan mengusut aset yang mungkin bisa
diuangkan dengan cepat. Yang peduli hanya istri pertama.