Mohon tunggu...
Abdurrazzaq Zanky
Abdurrazzaq Zanky Mohon Tunggu... Petani - petani.

Senang membaca segala jenis buku, nulis diary, mengamati lingkungan alam dan sosial, menertawakan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Risalah Angin /VI/

29 November 2024   19:52 Diperbarui: 29 November 2024   19:52 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-berdiri-di-gurun-saat-matahari-terbenam-347147/

/VI/

Kini sampailah sang putra kesayangan

pada sebuah negeri tak berbayang-bayang

tak ada citra yang mampu merefleksikan keberadaan mereka

penduduknya bicara tanpa aksara

keadaan mereka tak ubahnya resi pertapa

kalis dari duka dan dunia

lidahnya kelu sepenuhnya dari dusta

syuhud kalbunya sunyi dari hal sia-sia

tangannya tak pernah menjamah rupa benda-benda

kakinya hanya menapak ke arah yang baka

inilah negeri makna-makna

ketika hening belum terucap ke aksara

inilah negeri jiwa dan ruh-ruh suci

tempat segala rahasia masih rapat terkunci

"Kun!" gema sebuah firman

Ruh-ruh itu segera berpencaran

Menempati jasad-jasad peran yang ditakdirkan,

Suatu ruh yang zatnya selembut belaian

Mengenakan jasad pralambang sebagai pakaian,

Yang lain-lainnya dengan ghazirah kecenderungan

Mengenakan topeng-topeng yang lebih profan;

Duka, kebahagiaan, kekalahan dan kemenangan

Kehidupan dan kematian

Hingga tinggal sebuah anasir yang tak mengambil peran

https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-berdiri-di-gurun-saat-matahari-terbenam-347147/
https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-berdiri-di-gurun-saat-matahari-terbenam-347147/

Sang Anginpun duduk di cadas bebukitan

Bersiap menyimak tutur sabda pralambang:

"Akulah yang menciptakan sungai perasaan

 sebagai alur 'tuk melarung kedukaan

 kutaburi ia dengan garam amarah

 rasa tidak puas, permusuhan

 dan sedikit madu perpisahan

 segala hal yang mulanya nampak saling bertentangan

 namun hakikatnya adalah pasangan untuk saling menemukan,

 Bila suatu ketika seseorang oleh garam amarah dibutakan

 suatu hari ia akan dipermalukan kejernihan pikiran

 Tatkala seseorang diserang rasa kurang tak berkesudahan

 suatu saat ia akan berangkulan dengan santunnya kenyataan

 Saat seseorang diombang-ambingkan amuk permusuhan

 disitulah ia akan menyadari pentingnya persahabatan

 Dan ketika segala peristiwa itu berlalu meninggalkan

 hati kita hanya menyimpan manisnya kesan,

 Duka hanyalah saat-saat telanjang

 ketika aksara belum tersusun jadi makna

 ibarat lahan yang baru selesai dibajak

 tak ada sebatang tanaman tampak

 namun bagi petani yang sudah bijak

 ia tahu bahwa lahan sudah siap disemai,

 begitulah duka membajak hati kita dalam-dalam

 memporak-porandakan perasaan dengan hal-hal yang tidak menyenangkan

 namun sebenarnya ia sedang memberi asupan agar pemahaman kita bisa berkembang."

https://pxhere.com/id/photo/1439031
https://pxhere.com/id/photo/1439031

"Bagaimana dengan kebahagian,

 Kenapa ia tak bisa tinggal diam?"

"Tidak akan pernah cukup alasan

 untuk meminta kebahagiaan agar tetap tinggal diam,

 Sepasang pengantin tidak akan bisa mengulang malam pertama

 Seorang remaja akan bosan sendiri dengan angannya

 Bagi sang raja hanya ada satu kemenangan paling mengesankan

 Dan bukankah kembang hanya sekali mekar dalam pertumbuhan?

 Namun tak ada keluhan tentang kebahagian

 Karena sesungguhnyalah kesenangan itu

 tak bisa hidup di ruang yang stagnan

 ia akan tumbuh berkembang seiring dengan pemahaman

 seseorang tentang kehidupan

 akan memuai mencari ruang-ruang baru

 yang misterinya lebih mengasyikkan."

https://pxhere.com/id/photo/1446901
https://pxhere.com/id/photo/1446901

Melihat sang Angin masih haus tuturan

Sang Pralambangpun melanjutkan:

"Dan apakah kalah dan menang itu

 Selain sepasang musim yang saling memuliakan?

 Bila musim kemarau datang bertandang

 Musim hujan membukakan jalan

 Bagi hasil tanah berupa panenan

 Mempersembahkan sari-sari keberkahan

 dari huma dan sawah ladang

 Kedatangan kemarau tidak membuat penghujan merasa tersisihkan

 Karena ia paham segala sesuatu ada giliran

 Semua yang lahir dari rahim alam tidak ada yang dianaktirikan,

 Dan tatkala kemarau berlalu

 Musim hujan datang berlagu

 Memugar suasana jadi hari-hari baru

 Angin utara malam-malam akan menderu

 Tanggul membual-bual di hulu

 Ribuan katak menyanyi dengan suara merdu,

 Tiba saatnya talam kelimpahan disyukuri

 dengan terus menekuni kerja sehari-hari

 Dari siklus yang datang silih berganti

 kedua musim akan terus kita rindui,

 Tak akan pernah kau dengar sorak kemennagan salah seorang

 Sebab keduanya saling mengisi dan membutuhkan

 Tak mungkin kita mengetahui suatu kedalaman

 tanpa menggunakan pihak lain sebagai ukuran,

 Musim hujan adalah waktu untuk menabur bibit harapan

 Sedang musim kemarau adalah saat untuk mengukur keberhasilan impian

 Sebagaimana kekalahan adalah waktu untuk berendah hati

 Dan kemenangan adalah saat untuk memanjakan diri,

 Tidakkah keduanya saling mengisi?

 Antara kerendahan hati dan sikap memanjakan diri

 Disitulah justru orang bisa menemukan jati diri."

https://www.pexels.com/id-id/foto/pemandangan-galaksi-di-luar-angkasa-6499000/
https://www.pexels.com/id-id/foto/pemandangan-galaksi-di-luar-angkasa-6499000/

Kemudian sang Angin membubung ke keluasan galaksi

Menapaki gugusan-gugusan bima sakti,

Maka tampaklah istana-istana pualam

Bersepuh cahaya rembulan

Taman-taman bunga mengalungi pegunungan dengan tamasya keindahan

Kota-kota megah yang tak kunjung sunyi dari perniagaan,

Tapi nun jauh di keterpencilan sepi

Ribuan tahun cahaya dari hangatnya hati

Menjamur kardus-kardus usang di pinggir-pinggir kali

Bersenyawa dengan limbah dan kotoran babi,

Iapun tercekat ngeri;

"Yang manakah sebenarnya kenyataan?"

Sang Pralambang menuturkan jawaban:

"Mereka adalah dua sisi kenyataan yang saling meniadakan,

 Sang hartawan menganggap kepapaan

 adalah dongeng pelengkap kenikmatan

 Sementara para dhu'afa menyangka

 kelimpahan hanya ada dalam sorga

 sedang mereka tak memiliki kuncinya,

 dan sungguh masing-masing prasangka

 telah memisahkan mereka beribu-ribu tahun cahaya,

 maka dapatlah kau saksikan

 Betapa kota-kota asing dari damai bersahaja

 Istana-istana sepi tanpa raja bijaksana

 Panji-panji kemuliaan runduk di belakang

 Prosesi penguburan rumah-rumah Tuhan

 Umbul-umbul kemegahan dipasang

 Demi mengagungkan angkara kekuasaan

 Kemah-kemah perbudakan didirikan

 Hanya untuk melayani syahwat kerakusan

 Tempat-tempat ibadah penuh ritus pemujaan

 Namun kosong dari berkah keilahian

 Lembaga pemerintahan penuh undang-undang

 Tapi amat jauh dari suasana pengayoman

 Negeri-negeri makmur tidak membuahkan kebahagiaan

 Sementara bangsa-bangsa terbelakang hidup dari nafas masa silam!"

Suaranya terputus oleh pahitnya kenyataan,

Sang Pralambang lalu meneruskan:

"Bila kau lihat sesuatu mengenakan busana kemegahan,

 Ketahuilah jantungnyapun sedang dikorek cakar kematian

 Sementara ia mabuk dalam sukacita kesenangan

 Hari-harinya dipendekkan

 Dan tahu-tahu ia dikepung getirnya penyesalan,

 Sebaliknya, bila kau perhatikan seseorang hidup penuh kemuraman

 Seakan selalu dikejar bayang kematian

 Maka memang tak pantas ia mendapatkan kesenangan

 Terlalu pelit ia memberi kesempatan

 Pada hatinya untuk melihat luasnya rahmat Tuhan."

https://www.pexels.com/id-id/foto/angin-ribut-angin-topan-awan-badai-157221/
https://www.pexels.com/id-id/foto/angin-ribut-angin-topan-awan-badai-157221/

Kini tinggal sebuah anasir yang tetap tinggal diam

Sang Angin memberi isyarat untuk sebuah penjelasan,

Maka kepadanya diberi keterangan:

"Dialah anasir nirfana yang melambari segala yang ada

 Dialah muara segala sungai kesudahan

 Kuasa yang mengatasi perubahan

 Tangan yang menggenggam nasib dan alur perjalanan

 Adanya lebih kekal dari kehidupan

 Lebih perkasa dari tak terelaknya kematian

 Padanyalah Tuhan mempercayakan neraca untung dan kerugian,

 Waktu bergerak melintasi sejarah

 Generasai dan kosmos yang berevolusi

 Dipadukannya sedih dan gembira dalam satu cawan

 Agar pengrasaan kita mencapai kesempurnaan

 Dipergilirkannya kalah dan menang penuh kearifan

 Supaya hati kita terjaga dalam kesadaran

 Dianugerahinya kita dengan kelimpahan dan kekurangan

 Supaya jiwa kita bebas dari ketergantungan keadaan

 Dibaginya kemarau dan penghujan penuh kecermatan

 Agar kita bisa menyelami hikmat keadilan

 Dipertontonkannya karnaval kehidupan

 Juga prosesi perarakan kematian

 Agar Sir kita mengenali sejati Keabadian."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun