Mohon tunggu...
Abdurrazzaq Zanky
Abdurrazzaq Zanky Mohon Tunggu... Petani - petani.

Senang membaca segala jenis buku, nulis diary, mengamati lingkungan alam dan sosial, menertawakan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Procrustes

20 November 2024   11:00 Diperbarui: 20 November 2024   11:02 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pxhere.com/id/photo/1263821

Procrustes                                                                            

Kami punya lahan garapan sekitar 500 meter jauhnya dari rumah. Hasil lahan inilah yang saban hari mampir di meja makan kami. Menjadi sumber nutrisi dan uang belanja sehari-hari. Namun penampakan ini tidaklah sesedarhana kelihatannya. Jarak yang dekat tidak serta merta membuat hasil bisa dipetik dengan cepat. Butuh waktu sembilan bulan untuk menggiring sepiring nasi dari persemayamannya di ladang hingga sampai ke meja saji.

Untuk jenis padi lokal seperti yang biasa kami tanam, butuh empat tahapan pemindahan bibit sampai akhirnya dibiarkan hingga berbuah.  banyak upaya dan saran dari PPL untuk mengubah pola kerja yang nampak bertete-tele tersebut. Saran-saran itu kadang kami lakukan, namun lebih sering hanya kami dengarkan. Apa yang diajarkan oleh para penyuluh tersebut kadang persis sama dengan apa yang kami ihat di Youtube. Kiat-kiat praktis yang tidak pernah teruji pasti karena hanya berdasarkan asumsi.

Keteguhan kami untuk bersikukuh pada jenis padi lokal sangat praktis dan masuk akal. Harga hampir dua kali lipat varietas unggul, rasa dan kualitasnya juga beda jauh. Bahkan para penyuluh itu juga jelas terlihat ngiler dengan pangan yang kami makan. Tapi mereka harus menjalankan tugas. Harap maklum. Dan tiap kali kami bertanya, adakah program pemerintah untuk membantu meringankan beban produksi jenis padi lokal, para   petugas itu jadi serba salah. Karena semua paket bantuan pemerintah itu harus bertumpu pada pengembangan padi unggul. Sebagai manusia, mereka amat mafhum dengan jalan pikiran kami, namun sebagai abdi negara mereka harus pandai memutar akal agar oleh atasan idak dicap sebagai oknum nakal.

Begitulah, proses penggiringan piring nasi tersebut bukan hanya melibatkan ketahanan fisik, kerja keras panjang, emosi yang harus ditekan, tapi juga tawar-menawar yang alot antara logika birokrasi dan kepentingan kongkrit para petani. Sampai hari ini tidak ada kebijakan jelas untuk pengembangan adi lokal. Petugas lapangan dan petani harus terus melakukan improvisasi agar tidak ada bentrok kemaslahatan' antara mereka dan kami.

Keadaan kami ini mengingatkan saya pada kelakuan Procrustes, putra Poseidon dari mitos Yunani kuno. Procrustes selalu memaksa para tamu istana untuk tidur di ranjang pribadinya yang mewah. Tapi ukuran tubuh tamu itu harus pas betul dengan ranjang sang raja. Kalau berlebih kaki sang tamu akan digergaji hingga putus. Bila kurang, badan sang tamu akan diregangkan, bahkan sampai urat dan tulang-belulangnya putus berantakan. 

Pada spektrum yang lebih luas, kita melihat sengkarut yang jauh lebih kompleks dalam sistem demokrasi yang kita adopsi pasca reformasi, terutama dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Kita disuguhi demokrasi ala Procrustes. Konstituen diundang untuk ikut ambil bagian dalam selebrasi demokrasi dengan syarat harus pas betul dengan rancangan intrik yang telah disediakan. Di sinilah letak manipulasinya. Kebutuhan rakyat harus disesuaikan dengan selera dan kesenangan sang raja. Ternyata nasib rakyat Indonesia tak jauh beda dengan nasib petani padi lokal di kampung saya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun