Enaknya Hidup Di Desa
Kenapa orang selalu mengenang kampung kelahirannya dengan
penuh nostalgia? Kenapa kehidupan masa kecil di desa sering
dianggap sebagai masa paling indah dan mengesankan? Banyak
orang besar yang telah begitu jauh melangkah, tapi hatinya tetap
merindukan kampung halaman. Tidak sedikit orang sukses yang telah
meraih begitu banyak impian, namun dalam hatinya tetap beranggapan,
bahwa kampung halaman adalah anugerah yang tidak bisa tergantikan.
Ikatan batin antara manusia dan tanah kelahirannya memang sesuatu
yang misterius, kadang tidak logis, tapi bisa dimengerti. Seperti puisi,
sering hanya bisa dicerna dengan rasa dan intusi.
Sampai hari ini, kehidupan desa masih dianggap sebagai sebuah nostalgia
yang ideal. Sedikit banyak memang demikian adanya. Saya mendapati
beberapa hal yang menguatkan anggapan tersebut. Di antaranya:
Biaya Hidup Murah
Ketika segala kebutuhan hidup harus ditukar dengan uang. Tidak demikian
halnya dengan situasi di kampung. Untuk sayur dan ikan, asal mau
menggerakkan tangan, anda bisa mengambilnya di sumur, sungai, sawah
dan kebun. Ketika orang harus membayar untuk sekedar memancing
di kolam, di desa, anda boleh pergi ke danau dan telaga, memancing
sekuat tenaga tanpa ada yang minta karcis atau ongkos parkir.
Demikian juga dengan beras. Kalau anda seorang petani, anda tidak
akan sakit hati dengan segala permainan oligarki. Kalau anda pekerja
formal atau pedagang, pada musim panen, anda akan jadi sasaran
zakat dan hadiah. Uang jajan anak-anak juga tidak seberapa. Para
pedagang jajanan itu paham, kalau mereka bersikap kapitalistik,
usahanya tidak akan lama bertahan.
Lingkungan Alam Yang Sehat
Inilah yang paling banyak diidamkan orang. Lingkungan alam yang
asri, alami, bahkan eksostis, membuat kita betah dan nyaman. Alam
yang masih asli menyerikan hawa batin tersendiri  pada para penghuninya.
Ada barisan kelapa melambai, kebun pisang, mangga, singkong, jambu,
dan segenap penghuninya. Burung-burung yang berkicau tak henti.
Suasana pagi dan sore jadi suasana tersendiri, yang syahdu, bahkan kadang
terasa mistis. Pemandangan alam yang lepas bebas, membuat orang tidak
betah berlama-lama bete atau merajuk. Lingkungan alam yang segar sangat
berperan dalam menumbuhkan mentalitas dan jiwa yang sehat.
Semangat Gotong Royong Yang Tinggi
Inilah spirit kolektifitas yang sangat berharga dan relatif masih terpelihara.
Kalau anda ada hajatan apalagi kematian, anda bisa jadi raja sehari.
Semua keperluan serba diadakan dan dilayani. Semua gratis dan
dikerjakan dengan suka hati. Walau anda seorang pemikir atau orang
kikir yang suka menyendiri, akan ada saja orang yang mau mengerti
dan memahami. Membantu dengan tulus hati.
Rasa Saling Peduli
Kepedulian terhadap satu sama lain tidak hanya ditunjukkan secara
komunal lewat gotong royong, tapi juga menjangkau wilayah individual.
Di kampung, dengan mudah anda bisa meminta bantuan kepada
tetangga dalam banyak urusan pribadi: nitip anak, nitip jemuran, ngutang
beras, nitip belanjaan, nitip kucing, dan seterusnya. Kalau anda sakit,
tiap hari akan ada saja yang menengok. Mengajak bercanda atau
membawakan oleh-oleh ala kadarnya.
Teknik komunikasi dan intera aksi sosial memang banyak mengalami
pergeseran. Gadget dan internet telah banyak merubah pola hidup dan
kebiasaan sehari-hari. Tetapi untunglah, pengaruh negatifnya, tidak
sampai merusak substansi dan spirit bermasyarakat orang kampung.
Teknologi tidaklah sejahat seperti predeksi banyak orang.
Yang mengkhawatirkan adalah justru perilaku para politikus yang permisif.
Perkubuan, pencitraan palsu, bantuan yang penuh pamrih, paket-paket
kebijakan yang afiliatif, adalah momok moral yang segera harus dihentikan.
Desa bukan hanya rumah bagi nostalgia dan kerindual masa kecil.
Lebih dari itu, nilai-nilai masyarkat desa adalah merupakan lambang
dari spirit kebangsaan kita yang sejati dan subtil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H