Mohon tunggu...
Abdurrazzaq Zanky
Abdurrazzaq Zanky Mohon Tunggu... Petani - petani.

Senang membaca segala jenis buku, nulis diary, mengamati lingkungan alam dan sosial, menertawakan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Home

Enaknya Hidup di Desa

19 November 2024   12:49 Diperbarui: 19 November 2024   12:51 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pondok peristirahatan petani: koleksi pribadi

HOME

Enaknya Hidup Di Desa

Kenapa orang selalu mengenang kampung kelahirannya dengan

penuh nostalgia? Kenapa kehidupan masa kecil di desa sering

dianggap sebagai masa paling indah dan mengesankan? Banyak

orang besar yang telah begitu jauh melangkah, tapi hatinya tetap

merindukan kampung halaman. Tidak sedikit orang sukses yang telah

meraih begitu banyak impian, namun dalam hatinya tetap beranggapan,

bahwa kampung halaman adalah anugerah yang tidak bisa tergantikan.

Ikatan batin antara manusia dan tanah kelahirannya memang sesuatu

yang misterius, kadang tidak logis, tapi bisa dimengerti. Seperti puisi,

sering hanya bisa dicerna dengan rasa dan intusi.

Sampai hari ini, kehidupan desa masih dianggap sebagai sebuah nostalgia

yang ideal. Sedikit banyak memang demikian adanya. Saya mendapati

beberapa hal yang menguatkan anggapan tersebut. Di antaranya:

Biaya Hidup Murah

Ketika segala kebutuhan hidup harus ditukar dengan uang. Tidak demikian

halnya dengan situasi di kampung. Untuk sayur dan ikan, asal mau

menggerakkan tangan, anda bisa mengambilnya di sumur, sungai, sawah

dan kebun. Ketika orang harus membayar untuk sekedar memancing

di kolam, di desa, anda boleh pergi ke danau dan telaga, memancing

sekuat tenaga tanpa ada yang minta karcis atau ongkos parkir.

Demikian juga dengan beras. Kalau anda seorang petani, anda tidak

akan sakit hati dengan segala permainan oligarki. Kalau anda pekerja

formal atau pedagang, pada musim panen, anda akan jadi sasaran

zakat dan hadiah. Uang jajan anak-anak juga tidak seberapa. Para

pedagang jajanan itu paham, kalau mereka bersikap kapitalistik,

usahanya tidak akan lama bertahan.

Lingkungan Alam Yang Sehat

Inilah yang paling banyak diidamkan orang. Lingkungan alam yang

asri, alami, bahkan eksostis, membuat kita betah dan nyaman. Alam

yang masih asli menyerikan hawa batin tersendiri  pada para penghuninya.

Ada barisan kelapa melambai, kebun pisang, mangga, singkong, jambu,

dan segenap penghuninya. Burung-burung yang berkicau tak henti.

Suasana pagi dan sore jadi suasana tersendiri, yang syahdu, bahkan kadang

terasa mistis. Pemandangan alam yang lepas bebas, membuat orang tidak

betah berlama-lama bete atau merajuk. Lingkungan alam yang segar sangat

berperan dalam menumbuhkan mentalitas dan jiwa yang sehat.

Semangat Gotong Royong Yang Tinggi

Inilah spirit kolektifitas yang sangat berharga dan relatif masih terpelihara.

Kalau anda ada hajatan apalagi kematian, anda bisa jadi raja sehari.

Semua keperluan serba diadakan dan dilayani. Semua gratis dan

dikerjakan dengan suka hati. Walau anda seorang pemikir atau orang

kikir yang suka menyendiri, akan ada saja orang yang mau mengerti

dan memahami. Membantu dengan tulus hati.

Rasa Saling Peduli

Kepedulian terhadap satu sama lain tidak hanya ditunjukkan secara

komunal lewat gotong royong, tapi juga menjangkau wilayah individual.

Di kampung, dengan mudah anda bisa meminta bantuan kepada

tetangga dalam banyak urusan pribadi: nitip anak, nitip jemuran, ngutang

beras, nitip belanjaan, nitip kucing, dan seterusnya. Kalau anda sakit,

tiap hari akan ada saja yang menengok. Mengajak bercanda atau

membawakan oleh-oleh ala kadarnya.

Teknik komunikasi dan intera aksi sosial memang banyak mengalami

pergeseran. Gadget dan internet telah banyak merubah pola hidup dan

kebiasaan sehari-hari. Tetapi untunglah, pengaruh negatifnya, tidak

sampai merusak substansi dan spirit bermasyarakat orang kampung.

Teknologi tidaklah sejahat seperti predeksi banyak orang.

Yang mengkhawatirkan adalah justru perilaku para politikus yang permisif.

Perkubuan, pencitraan palsu, bantuan yang penuh pamrih, paket-paket

kebijakan yang afiliatif, adalah momok moral yang segera harus dihentikan.

Desa bukan hanya rumah bagi nostalgia dan kerindual masa kecil.

Lebih dari itu, nilai-nilai masyarkat desa adalah merupakan lambang

dari spirit kebangsaan kita yang sejati dan subtil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun