Mohon tunggu...
Abdurrahman Siregar
Abdurrahman Siregar Mohon Tunggu... Freelancer - Salam Literasi

Kadang kopi kadang susu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gus Dur, Bapak Toleransi Indonesia

30 Desember 2019   13:31 Diperbarui: 30 Desember 2019   13:59 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa yang tak kenal Gus Dur, Hampir dipastikan semua kompenan masyarakat mengenal tokoh kelahiran Jombang ini, perkataannya yang ceplas ceplos, "Gitu aja kok repot", kata yang kerap didengar sebagai khasnya, menohok kiri kanan, plus sikap kontroversinya yang membuatnya menjadi sorotan media, di sisi lain dalam dunia perpolitikan beliau memakai kata kata iklan "bikin hidup lebih hidup", lebih berwarna alias tidak monoton, Gus Dur sering memberi sudut pandang berbeda dan nuasa baru, inilah yang membedakan Gus Dur dengan tokoh lainnya. 

Pengaruh besar Gus Dur tidak hanya kepada warga nahdiyyin tapi semua kalangan, bahkan warga nahdiyyin menyebutnya dengan "manusia setengah dewa" mengambil judul lagu Iwan Fals, musisi legendaris Indonesia.

Tokoh yang memiliki nama lengkap Abdurrahman Wahid ini, sangat menjunjung tinggi sikap adil dan toleran, sangat menghargai perbedaan, pembela kaum minoritas. 

Selain itu presiden ke 4 ini sangat suka humoris, dibalik dakwahnya beliau suka bercanda sehingga diterima oleh masyarakat, selain sikapnya yang nyeleneh beliau juga di nobatkan sebagai bapak pluralisme atau bapak toleransi Indonesia karena sangat menghormati perbedaan khususnya perbedaan umat beragama.

Selama ini Gus Dur diketahui adalah mantan presiden ke 4 Indonesia, selain itu Gus Dur adalah seorang humoris, humanis dan budayawan. Tepat hari ini satu dekade kepergian Gus Dur, 30 Desember 2009 yang lalu beliau menghadap Illahi, secara jasad beliau tidak ada tapi pemikirannya masih ada dan terus ada. 

Haul Gus Dur yang diadakan di Ciganjur 28 Desember 2019 kemarin mengangkat tema "Kebudayaan Melastarikan Kemanusiaan", haul bukan pringatan kematian tapi mengingat dan menghidupkan kembali pemikiran pemikiran beliau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun