tawuran antar kampung yang melibatkan puluhan pemuda. Tawuran ini tidak hanya meresahkan masyarakat, tetapi juga mengancam nyawa dan harta benda.
Lenteng Agung, sebuah daerah yang terletak di Jakarta Selatan, menjadi sorotan publik akhir-akhir ini. Pasalnya, daerah ini sering menjadi lokasiTawuran ini terjadi pada tanggal 1 Januari 2024. Saat itu, dua kelompok pemuda dari gang Meran dan gang Tohir terlibat bentrok yang berlangsung selama beberapa menit. Tawuran ini dipicu oleh masalah sepele, yaitu saling ejek di media sosial.
Akibat tawuran ini, Satu orang mengalami luka berat, Dan beberapa ruko dan gerobak rusak. Korban yang terluka adalah Rahul, seorang pemuda berusia 19 tahun yang menjadi anggota gang Tohir. Ia koma setelah terkena sabetan celurit di bagian punggung atas.
Tulus  pemuda setempat Sebagai saksi mata, Tulus memberikan kesaksiannya tentang kronologi kejadian. "Saya melihat kejadian tawuran itu, Ada dua kelompok yang membawa senjata tajam dan petasan di Jalan Lenteng Agung Raya, Dan saya melihat ada satu orang yang terkena sabetan celurit di bagian belakang, Tapi dia masih bisa berlari walaupun badannya sudah terluka" ujarnya.
Tawuran ini sontak membuat masyarakat Lenteng Agung dan sekitarnya merasa resah dan takut. Mereka khawatir tawuran akan terulang lagi dan menimbulkan korban jiwa yang lebih banyak. Mereka juga merasa tidak nyaman dan tidak aman tinggal di daerah tersebut.
Salah satu warga yang merasakan ketakutan tersebut adalah Ella, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kampung Lenteng Agung. Ia mengatakan, ia selalu was-was jika anak-anaknya keluar rumah. Ia takut anak-anaknya terlibat atau menjadi korban tawuran. "Saya selalu berdoa agar anak-anak saya selamat dan tidak ikut-ikutan tawuran. Saya juga selalu mengingatkan mereka untuk tidak bergaul dengan orang-orang yang suka tawuran," kata Ella.
Ella juga mengeluhkan kerugian yang ditimbulkan oleh tawuran. Ia mengatakan, rumahnya sempat kehilangan sapu dan bambu, Bahkan rumahnya juga sempat dilempari batu dan botol oleh para pelaku tawuran. Akibatnya, jendela dan pintu rumahnya rusak. Ia juga tidak bisa berjualan di depan rumahnya seperti biasa, karena takut ada tawuran lagi. "Saya merasa rugi sekali. Rumah saya rusak, dagangan saya tidak laku, dan pendapatan saya menurun. Padahal, saya butuh uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," keluh Ella.
Ella berharap, Pemerintah bisa segera menangani masalah tawuran ini. Ia berharap, pemerintah bisa memberikan sanksi yang tegas kepada para pelaku tawuran, serta memberikan bimbingan dan pendidikan yang baik kepada para pemuda. Ia juga berharap, pemerintah bisa memberikan fasilitas dan sarana yang memadai untuk mengembangkan potensi dan bakat para pemuda. "Saya harap pemerintah bisa peduli dengan nasib kami. Kami ingin hidup tenang dan damai, tanpa ada tawuran lagi. Kami juga ingin anak-anak kami bisa berkembang dan berprestasi, tanpa terjerumus ke hal-hal negatif," ucap Ella.Â
Guna mencegah aksi tawuran tersebut, dilakukan pertemuan antara warga yang berdampingan lokasi. Dihadiri unsur 3 pilar (Camat, Lurah, Kapolsek, Danramil), pengurus RW dan RT setempat.
Langkah itu ditempuh untuk mempersatukan warga agar dapat berdampingan dalam keadaan aman dan damai. Sekaligus mendeklarasikan Kampung Siaga sebagai dasar untuk mencegah tawuran dan kejahatan jalanan di Lapangan Bulutangkis, RT 3/3, Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu.Â
Kapolsek Jagakarsa, Kompol Multazam Lisendra mengungkapkan, kejadian tawuran sudah menelan korban jiwa dan sudah banyak yang mengalami kerugian dari aksi ini.Â