Artikel ini menyelidiki berbagai aspek Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), mengeksplorasi asal-usul, evolusi, tujuan, dan dampak luasnya terhadap stabilitas regional dan global. Dari awal terbentuknya ISIS pada tahun 2004 hingga akhirnya menurun pada tahun 2019, analisis ini mencakup perjalanan sejarah ISIS, menyoroti landasan ideologisnya yang berakar pada Salafisme dan Wahabisme. Lebih lanjut, artikel ini menyelidiki dampak signifikan dan ancaman yang ditimbulkan oleh ISIS terhadap keamanan regional dan global, termasuk destabilisasi Timur Tengah, krisis kemanusiaan, dan munculnya tantangan baru di dunia maya. Selain itu, laporan ini mengkaji upaya internasional, seperti Koalisi Global untuk Melawan ISIS, yang bertujuan mencegah perekrutan, membongkar jaringan keuangan, dan mengatasi akar penyebab terorisme. Artikel ini diakhiri dengan eksplorasi respon Indonesia terhadap fenomena ISIS dan kolaborasinya dengan komunitas internasional dalam melawan terorisme.
Pembahasan:
Kebangkitan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menandai titik kritis dalam dinamika keamanan global. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang ISIS, membahas perkembangan historisnya, akar ideologinya, dan dampak luas yang ditimbulkannya terhadap stabilitas regional dan global. Analisis ini juga akan mengeksplorasi upaya bersama komunitas internasional, termasuk Indonesia, dalam memitigasi ancaman yang ditimbulkan oleh organisasi ekstremis tersebut.
1. Sejarah dan Evolusi ISIS di Irak dan Suriah:
Akar ISIS dimulai pada tahun 2004 ketika dipimpin oleh Abu Musab al-Zarqawi, ISIS muncul sebagai kelompok militan Islam radikal. Awalnya bernama Jama'at al-Tawhid wa al-Jihad, kemudian bergabung dengan al-Qaeda di Irak (AQI) dan secara aktif menentang invasi pimpinan AS pada tahun 2003. Setelah kematian al-Zarqawi pada tahun 2006, Abu Ayyub al-Masri mengambil alih kepemimpinan. , mengganti namanya menjadi Negara Islam Irak (ISI). ISI berusaha mendirikan kekhalifahan Islam dan bersekutu dengan kelompok pemberontak Sunni. Memperluas pengaruhnya ke Suriah pada tahun 2011 selama perang saudara, ISIS akhirnya berpisah dari al-Qaeda pada tahun 2013. Kelompok ini mendeklarasikan dirinya sebagai Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada tahun 2014 yang dipimpin oleh Abu Bakr al-Baghdadi.
Meskipun berhasil pada tahap awal, ISIS menghadapi perlawanan sengit dari berbagai kekuatan, hingga kehilangan wilayah-wilayah penting pada tahun 2017. Kematian al-Baghdadi pada tahun 2019 dan kekalahan berikutnya di Baghouz, Suriah, menandai berakhirnya kendali teritorial de facto mereka. Namun, ISIS tetap bertahan sebagai kelompok teroris bawah tanah.
2. Tujuan dan Ideologi ISIS dalam Mendirikan Kekhalifahan Islam:
ISIS bertujuan untuk mengembalikan kejayaan Islam, memandang Islam kontemporer sebagai kompromi karena pengaruh Barat dan anggapan adanya penyimpangan oleh pemerintah Muslim. Berakar pada Salafisme dan Wahabisme, ISIS berupaya memurnikan dan menyatukan Islam di bawah satu kepemimpinan -- khalifah, yang mewakili otoritas tertinggi umat Islam secara global. Menganut ideologi intoleran dan ekstremis, ISIS membenarkan kekerasan dan terorisme sebagai sarana untuk mencapai tujuannya.
3. Dampak dan Ancaman ISIS terhadap Stabilitas Regional dan Global:
Kemunculan ISIS secara signifikan mengganggu kestabilan Timur Tengah, dan menimbulkan dampak yang meluas ke negara-negara tetangga. Kekerasan massal, pengungsian, dan pengrusakan menjadi hal yang lazim, sehingga menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah. Secara global, ISIS menimbulkan ancaman keamanan yang besar dengan menginspirasi atau mengarahkan serangan di seluruh dunia. Kemahiran kelompok ini dalam menggunakan platform online untuk rekrutmen dan propaganda semakin meningkatkan kekhawatiran keamanan siber.
4. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme:
Tanggapan internasional termasuk pembentukan Koalisi Global untuk Melawan ISIS, yang melibatkan banyak negara bersatu melawan ancaman bersama. Operasi militer bertujuan untuk membongkar benteng ISIS, pembagian intelijen membatasi pergerakan mereka, dan upaya untuk memotong dukungan keuangan semakin intensif. Pencegahan perekrutan melibatkan pemantauan dan pemblokiran platform online yang digunakan ISIS untuk propaganda dan perekrutan.
5. Respon Indonesia terhadap ISIS:
Indonesia, yang menghadapi sejarah terorismenya sendiri, berpartisipasi aktif dalam upaya kontraterorisme internasional. Negara ini meratifikasi berbagai konvensi internasional terkait terorisme dan berperan dalam Pusat Penanggulangan Terorisme PBB. Pemerintah fokus pada pencegahan radikalisasi, mengganggu jaringan keuangan, dan membina kerja sama internasional untuk mengatasi tantangan global yang ditimbulkan oleh ISIS.
Kesimpulan:
Artikel ini memberikan gambaran komprehensif tentang ISIS, menekankan konteks sejarah, landasan ideologis, dan dampak globalnya. Seiring dengan berlanjutnya komunitas internasional i