Mohon tunggu...
Abdurrahman Ahady
Abdurrahman Ahady Mohon Tunggu... Mahasiswa - -JoDy-

You Can Win If You Want

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Singkat Buya Syekh H. Abu Bakar (Sungai Geringging, Padang Pariaman)

5 September 2023   03:30 Diperbarui: 5 September 2023   03:31 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salah seorang ulama kharismatik dari Padang Pariaman adalah al-marhum al-maghfurlah Buya Syekh H. Abu Bakar Tk. Mudo asy-Syatthariy.
.
Sosok yang semasa hidup kerap dipanggil dengan "Buya Pulau Aie" itu lahir pada 01 Juli 1945 di  Batu Gadang, sebuah kampung kecil yang terdapat di Kecamatan Sungai Geringging, Padang Pariaman, Sumatera Barat.
.
Dilahirkan dari keluarga agamais, dari dini beliau sudah terbiasa dengan kehidupan Surau. Beliau pernah berguru ke berbagai penjuru, salah satunya adalah dengan belajar kepada Syekh H. Ibrahim di Kalampaian, Ampalu Tinggi dan banyak lagi. Singkat cerita, setelah menuntut ilmu ke pelbagai tempat, beliau diangkat menjadi "Tuangku" (sebuah gelar kehormatan kepada ulama di Minang Kabau) dan dikukuhkan gelarnya tersebut pada tahun 1972 dengan gelar Tuangku Mudo.
.
Sejak setelah itu, beliau pulang ke kampung halamannya dan mulai memenuhi permintaan masyarakat untuk memberikan pengajian. Beliau menjadi "primadona" di kampung halamannya. Bayangkan, dalam seminggu bisa 12 kali memberikan pengajian dari satu Surau ke Surau lainnya.
.
Memasuki tahun '80-an, Buya mulai berpikir, rasanya tidak mungkin akan terus-terusan berkeliling memenuhi panggilan jamaah dari Surau ke Surau.  Maka, solusinya beliau sendiri harus memiliki Surau untuk tempat pengajian, sehingga dalam memberikan pengajian agama kepada jamaah tak perlu lagi pergi jauh, cukup di Surau, jamaah yang ingin mengikuti ceramahnya  datang sendiri.
.
Karena sudah berencana untuk membangun Surau, Buya mulai mengincar-incar kepada jamaahnya, siapa yang ingin mewakafkan tanah untuk lokasi pembangunan Surau, hingga salah seorang jamaah bernama Azman Kindra bersedia mewakafkan tanah untuk lokasi pembangunan surau. Pada tahun 1982 dibangunlah sebuah Surau Kayu. Kayu diminta kepada jamaah  yang bersedia memberikan, sedangkan biaya penebangan dan pengolahannya diupahkan kepada  "tukang arik" (tukang kayu). Untuk membawa kayu tersebut ke lokasi pembangunan, beliau dibantu oleh dua orang anak laki-lakinya, yaitu Amirul Ma'ruf dan H. Zulfahmi Tk. Bandaro, S. Pd. I.
.
Berkat ketekunan dan kesabaran Buya, Surau tersebut berhasil dibangun. Wirid yang semula dilakukan dari Surau ke Surau sekarang dikurangi dan dialihkan ke surau yang baru selesai dibangun. Setiap hari Rabu dan Jumat malam diadakan wirid, jamaah yang datang dari berbagai wilayah biasanya langsung menginap di Surau karena mereka rata-rata datang dari jauh dan kembali pada esok hari.
.
Pada tahun yang sama, Buya mendirikan Pondok Pesantren Hidayatul Islam di Surau nya. Awal berdiri, santri yang belajar agama dimulai dengan dua orang anak laki-lakinya, dan setelah itu disusul oleh santri-santri lainnya dengan perkembangan jumlah yang cukup menggembirakan.  Pada tahun 1985-1995 pertumbuhan santri rata-rata 100 orang yang berasal dari Kab. Padang Pariaman dan Kab. Agam. Pada tahun 1990, Buya memperluas bangunan surau karena kondisi Surau kayu sudah tak memungkinkan untuk dihuni. Berbekal sebidang tanah berukuran 400 m yang diwakafkan oleh Alm. H. Kasiun, dibangunlah surau berlantai dua dengan ukuran 14 x 20 m.
.
Setelah beberapa tahun Pondok Pesantren berdiri, Buya yang sudah memasuki usia senja sudah tidak mampu lagi mengajar sebagaimana biasa. Bahkan untuk memberi wirid kepada para jamaah saja ia sudah agak kewalahan kerena kondisi kesehatannya yang sudah tidak memungkinkan. Karena itu, dalam mengajar ia dibantu oleh anaknya, H. Zulfahmi Tk. Bandaro S.Pd.I yang kemudian (setelah beliau wafat) menjadi khalifah (pengganti)nya.
.
Beliau wafat pada Selasa, 01 Desember 2015 dan dimakamkan di Komplek Pondok Pesantren Hidayatul Islam yang saat ini bertransformasi menjadi "Pondok Pesantren Nurul Yaqin Hidayatul Islam". Selain itu, di Surau tersebut juga terdapat lembaga pendidikan al-Qur'an yaitu Pondok al-Qur'an Kec. Sungai Geringging.
.
Bertepatan pada momen Haul kedelapan beliau, semoga tulisan ini menjadi sebuah pengingat atas perjuangan dakwah dan ilmu yang telah diajarkan kepada kita.
.
Semoga beliau ditempatkan di sisi terbaik Allah SWT. serta tercurah ilmu beliau kepada kita semua.

"Qaddasallahu Sirrahu wa nafa'ana bi barakatih
Lahu Al-Fatihah.
.
.
(Abdurrahman Ahady, S.Ag - Cucu Pertama)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun