Generasi Z, yang tumbuh dalam era informasi yang tak terbatas, menjadi saksi langsung dari kompleksitas politik dan manipulasi informasi yang terjadi di sekitar mereka. Mereka adalah generasi yang terhubung secara digital, memiliki akses cepat terhadap berita, opini, dan data dari berbagai sumber. Dalam konteks ini, mereka cenderung memiliki ketajaman dalam menganalisis dan menilai informasi yang mereka terima.
Manipulasi politik, terutama melalui media sosial dan narasi yang dibentuk, menjadi perhatian serius bagi Gen Z. Mereka menyadari bagaimana pesan politik dan opini dapat diarahkan atau diubah untuk mempengaruhi pandangan mereka. Karena itu, mereka cenderung lebih skeptis terhadap politik konvensional dan lebih memilih untuk mencari sumber informasi yang beragam sebelum membentuk pendapat mereka sendiri.
Gen Z memiliki potensi besar untuk membawa perubahan dalam politik. Mereka mendorong transparansi, akuntabilitas, dan kejujuran dari pemimpin politik. Mereka juga cenderung memilih politisi yang berbicara secara otentik dan memiliki integritas, bukan hanya berdasarkan afiliasi partai.
Gen Z mempunyai potensi besar untuk membawa perubahan dalam politik.
 Mereka mendorong para pemimpin politik untuk bersikap transparan, akuntabel, dan jujur.
Mereka juga cenderung memilih politisi yang berintegritas dan berintegritas, bukan hanya  afiliasi partainya saja
Penting untuk melibatkan Gen Z secara aktif dalam proses politik, mendengarkan aspirasi mereka, dan melibatkan mereka dalam keputusan yang memengaruhi masa depan mereka. Pendidikan politik yang memberikan pengetahuan tentang bagaimana sistem politik bekerja dan bagaimana cara mengenali manipulasi politik sangatlah penting untuk mempersiapkan mereka menjadi pemilih yang kritis dan sadar.
Pada intinya, Gen Z adalah agen perubahan yang kuat dalam politik. Dengan kepekaan mereka terhadap manipulasi politik dan hasrat mereka akan perubahan yang positif, mereka memiliki potensi besar untuk membentuk sistem politik yang lebih inklusif, transparan, dan melayani kepentingan masyarakat secara keseluruhan.
Namun pada dasar nya banyak juga generasi sekarang yang berbanding terbalik dengan realita yang sekarang yakni lebih mementingkan keperluan pribadi di bandingkan kepentingan bersama contoh yakni yang kemakan dengan uang parti karena ingin sekedar mendapatkan uang lebih cepat.
Bagaimana peran media sosial dan teknologi dalam memengaruhi pandangan Gen Z terhadap politik,Apa yang dapat dilakukan politisi atau lembaga politik untuk,memperoleh kepercayaan Gen Z yang cenderung skeptis terhadap manipulasi politik?
Bagaimana perkembangan dan nilai-nilai Gen Z dapat memengaruhi perubahan paradigma dalam struktur politik yang sudah ada Bagaimana cara mengintegrasikan aspirasi dan keinginan Gen Z dalam proses politik yang lebih tradisional dan bagaimana hal itu dapat meningkatkan keseluruhan sistem politik,Apa peran pendidikan dalam membentuk persepsi Gen Z terhadap politik dan bagaimana pendidikan dapat mempersiapkan mereka untuk menjadi pemilih yang kritis dan sadar.
Opini publik tentang politik di kalangan Generasi Z (Gen Z) dan potensi manipulasi politik terhadap Pilpres 2024 memiliki beragam aspek yang perlu dipertimbangkan.
Generasi Z, yang terdiri dari individu yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, memiliki ciri khas dalam interaksi dengan politik yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka tumbuh dalam era teknologi digital yang memungkinkan akses informasi yang luas. Generasi ini cenderung lebih terbuka terhadap keberagaman, sensitif terhadap isu sosial, dan mengutamakan autentisitas dalam pemimpin politik.
Namun, kehadiran teknologi dan media sosial juga membuka pintu bagi manipulasi politik. Praktik yang sering disebut "manipolitik" (manipulasi politik) dapat memanfaatkan algoritma, hoaks, atau kampanye hitam untuk memengaruhi opini publik. Dalam konteks Pilpres 2024, potensi manipolitik bisa menjadi ancaman serius karena Generasi Z banyak yang mendapatkan informasi dari platform digital.