Pendidikan dalam Islam tidak hanya berkaitan dengan aspek kognitif, tetapi juga dengan aspek konatif yaitu mengamalkan ilmu yang dipelajari untuk mendekatkan diri dengan Sang Pencipta. Orang yang berilmu dan mengamalkannya diakui sebagai ahli dzikir dan memiliki rasa takut hanya kepada Allah. Adab menjadi hal fundamental dalam pendidikan Islam, dan Plato sendiri memandang pendidikan sebagai jalan suci dan terhormat.
Adab berdampak sangat signifikan bagi pendidikan itu sendiri karena mengandung "berkah", sebuah terma yang tidak dikenal dalam kultur pendidikan Barat yang materialis-positivistik. Berkah memungkinkan anasir kebaikan dalam proses pendidikan berdampak positif dan inspiratif bagi siapa pun, bahkan bisa melampaui usia sang pemilik ilmu itu sendiri. Para ulama dahulu yang memiliki adab dalam menuntut ilmu mampu menghasilkan mahakarya yang bisa dinikmati hingga kini.
Sebagai contoh, Ibnu Taymiyah memiliki kapasitas dan keberkahan ilmu yang luar biasa hingga mampu menuntaskan satu karya hanya dengan sekali duduk. Dia juga memuliakan ilmu dengan bersuci lebih awal dan datang berdoa di hadapan Sang Pemilik ilmu ketika mengalami kebuntuan dalam memahami satu ilmu.
Adab dan keberkahan terjalin berkelindan dalam pendidikan Islam, dan hal ini menjadikan kultur pendidikan dan proses belajar dalam Islam terbilang sakral dan bernilai ibadah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H