Mohon tunggu...
Abdu Rozaqi
Abdu Rozaqi Mohon Tunggu... - -

Stay Foolish, Stay Hungry

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Budaya Kemiskinan Penyebab Utama Depresi dan Kehancuran Moralitas

11 September 2015   02:19 Diperbarui: 11 September 2015   03:02 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sungguh miris melihat bagaimana kemiskinan di Indonesia dapat mempengaruhi sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Walau tidak semua masyarakat di Indonesia mengalami penyakit kemiskinan akut akibat buruknya pengelolaan ekonomi orangtua serta kurangnya daya beli yang ada dalam suatu keluarga, atau minimnya pendidikan orangtua yang akan berimbas kepada pola kehidupan ekonomi anaknya kelak. Terlepas dari semua itu, banyak dari masyarakat golongan menengah kebawah tampaknya sangat bisa dikategorikan ke dalam suatu kategori kemiskinan yang mengkhawatirkan. 
Kemiskinan yang saya maksud bukan istilah kemiskinan sederhana yang berarti lemahnya daya beli masyarakat, ketiadaan modal usaha, atau minimnya fasilitas atau tempat tinggal yang ditempati seseorang, melainkan sebuah watak kemiskinan yang saat ini sudah tergusur menjadi budaya kemiskinan. 
Budaya kemiskinan inilah yang disadari atau tidak cukup banyak mempengaruhi psikologis seseorang dan banyak membuat sebagian dari mereka depresi. Budaya kemiskinan inilah yang sebenarnya membuat masyarakat kalangan menengah ke bawah merasa tergerus oleh tuntutan daya beli kebutuhan sehari-hari bukan lantaran salah pemerintah karena pejabat-pejabat melakukan korupsi, tetapi lebih kepada pola hidup masyarakat kelas menengah yang salah dan tidak terstruktur dengan rapi. 

Jika pola kehidupan sehari-hari masyarakat menengah tidak terorganisir dengan baik, jangan lalu menuduh bahwa pemerintah yang harus bertanggung jawab atas kemiskinan mereka. Pemerintah memang harus bertanggungjawab menanggulangi masalah kemiskinan yang dialami masyarakat kelas menengah, namun ironinya, pemerintah tidak bisa mengatasi masalah budaya kemiskinan yang diciptakan masyarakat kelas menengah itu sendiri. Toh sejatinya budaya kemiskinan merupakan masalah internal yang timbul dari pola pemikiran dan tingkah laku yang salah dari masyarakat itu sendiri. 
Kesimpulannya, budaya kemiskinan sebenarnya diciptakan oleh masyarakat itu sendiri karena ketidakmampuan mereka keluar dari belenggu masalah ekonomi yang tengah dihadapi. Ibaratnya mereka menginginkan lebih tetapi pemasukan mereka jauh di bawah golongan menengah. Budaya mengutang dan boros juga merupakan faktor terciptanya budaya kemiskinan masyarakat menengah Indonesia. Masyarakat menengah Indonesia lebih senang menghabiskan seluruh gaji sebulan mereka untuk membeli barang apapun yang disukai sedangkan masyarakat menengah ke bawah lebih senang membeli motor atau mobil dengan kredit yang sebenarnya mereka tahu mereka tidak dapat membayarnya di kemudian hari. hal-hal seperti itulah yang menciptakan budaya kemiskinan yang sebenarnya Pemerintah juga tidak dapat mengatasi melainkan hanya memberikan bantuan-bantuan yang sifatnya sementara. 
Budaya kemiskinan juga menyebabkan banyak kalangan menengah ke bawah dan kalangan menengah mengalami depresi akut. Hutang adalah salah satu penyakit yang menjadi faktor permasalahan depresi. Bahkan hanya gara-gara masalah hutang, seseorang dengan gelap mata mengakhiri hidupnya dan bahkan membunuh orang lain. Hutang selain menjadi isu sensitif dalam masyarakat Indonesia juga menjadikan bangsa Indonesia turut terbebani lantaran pola hidup yang salah yang ada dalam masyarakat menengah ke bawah. Masyarakat menginginkan pemasukan yang banyak namun dengan tidak banyak bekerja keras. Teori tersebut mungkin lebih cocok bagi kalangan pebisnis yang ingin sukses dengan mengoptimalkan dan menerapkan teori sedikit pengeluaran, banyak pemasukan. Teori bisnis dan konglomerat diatas tentu tidak bisa diterapkan siapapun yang berada dalam kelas sosial menengah ke bawah. Akibatnya, orang-orang menengah ke bawah melakukan segala macam tindakan kriminal untuk dengan segera mendapatkan uang yang banyak dengan usaha yang minim seperti pembobolan mesin ATM, pencurian, perampokan, dan usaha-usaha kejahatan lainnya.

Hal-hal seperti itulah yang menyebabkan banyak orang menjadi kriminal, dan bahkan residivis yang sudah berkali-kali keluar masuk penjara lantaran faktor ekonomi. Dan bagi yang tidak melakukan tindakan kriminal atau yang merupakan mantan residivis, akan terbebani oleh perasaan depresi akibat keadaan ekonomi yang semakin hari semakin memburuk serta harga-harga kebutuhan pokok yang hari demi hari semakin meroket.
Budaya kemiskinan juga dapat merusak moral dan mengganggu psikologis seseorang. Mulai dari tukang ojek yang bertanya sambil marah-marah, sopir taksi yang menjalankan taksinya sambil berkeluh kesah, serta tukang bubur yang tidak ikhlas serta tidak menanggapi suatu hal dengan bijak. 
Dalam masyarakat menengah ke bawah, perlahan-lahan moralitas akan tergerus oleh realitas. Suatu realitas dimana moralitas tidak dibutuhkan lagi dan digantikan oleh uang yang lebih dibutuhkan banyak orang. Tidak heran ditemui saat ini dimana susah menemukan seseorang yang jujur, yang ada hanyalah mereka yang berkeluh kesah dan tidak lagi memandang moralitas sebagai prioritas utama. Faktor ekonomi lah yang membuat banyak orang kehilangan arah terlepas dari status jabatan dan kekayaan yang dimiliki, misalnya anggota DPR gemar korupsi, polisi mata duitan, dan tukang sate yang membunuh temannya gara-gara masalah ekonomi. Jika Anda melihat dengan baik, yang terjadi di Indonesia saat ini adalah tergerusnya moral dan nilai-nilai religius mulai ditinggalkan semenjak banyak kalangan menengah mengganggap bahwa uang adalah segalanya dan dengan itu mereka mampu membeli apapun.

Alangkah baiknya mulai detik ini kita semua, entah itu sopir taksi, tukang ojek, karyawan, pengusaha, untuk lebih paham mengenai budaya kemiskinan dengan cara menghindari diri dari lingkaran budaya kemiskinan tersebut. Menabung juga merupakan solusi untuk menghindarkan diri dari budaya kemiskinan. Budaya kemiskinan memang tidak menjangkiti kalangan pengusaha hebat, motivator terkenal, reporter tv ternama, pebisnis elite, yang semuanya masuk dalam kategori di luar budaya kemiskinan yang lazimnya ditemui kalangan masyarakat menengah ke bawah. Menabung dan menghindari hutang adalah dua hal yang harus diprioritaskan untuk keluar dari zona bahaya tersebut. Menabung selain menghindari diri dari boros, juga merupakan sebuah investasi pribadi yang sewaktu-waktu akan dipakai untuk membiayai hal-hal yang perlu dibayar di kemudian hari. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun