Mohon tunggu...
Abdu Rozaqi
Abdu Rozaqi Mohon Tunggu... - -

Stay Foolish, Stay Hungry

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Banyak Mahasiswa Amerika terkena Jebakan Utang

8 Oktober 2017   23:57 Diperbarui: 9 Oktober 2017   07:57 2138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saat ini, banyak para mahasiswa Amerika Serikat yang kuliah di negaranya sendiri, merasa sangat "galau" karena mengalami krisis utang. Dalam sistem perkuliahan di AS, ada yang namanya Student Loan (Pinjaman Pelajar), yakni semacam bantuan dalam bentuk pinjaman uang yang diberikan oleh pihak kampus kepada mahasiswa untuk biaya kuliah. Pinjaman tersebut suatu saat harus dikembalikan mahasiswa kepada pihak pemberi pinjaman dan berlaku selama seumur hidup. 

Itu berarti, mahasiswa harus terus bekerja selepas kuliah demi mendapatkan banyak uang, yang uang itu kemudian harus dikembalikan ke pihak kampus. Sistem pinjaman mahasiswa seperti ini yang membuat banyak remaja AS harus berpikir tiga kali untuk kuliah. Sedangkan kuliah dengan biaya sendiri memakan biaya yang tidak sedikit, yakni minimal $20.000 (260 juta rupiah) hingga $45.000 (585 juta rupiah) selama empat tahun perkuliahan untuk mendapatkan gelar sarjana S1.

Jika anda bandingkan dengan Indonesia. Biaya kuliah di Amerika jelas 5 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya kuliah di Indonesia. Katakanlah kuliah jurusan Hubungan Internasional selama empat tahun di Indonesia, katakanlah dengan biaya sendiri, menghabiskan total 150 juta (termasuk biaya makan bulanan, dll). Sedangkan kuliah jurusan HI bagi mahasiswa AS di negaranya sana, bisa mencapai 400 hingga 500 juta, entah itu memakai uang sendiri maupun memakai Student Loan, ibaratnya, pakai uang sendiri juga salah (terlalu mahal), meminjam juga salah (karena bingung bagaimana cara mengembalikannya). 

Jangan anggap semua orang AS kaya, tidak. Keadaan disana sebenarnya sama saja dengan keadaan mahasiswa dan fenomena biaya kuliah yang mahal di Indonesia. Bagi mahasiswa AS yang baru saja lulus kuliah dan mencari kerja, mengembalikan Student Loan sebesar $150.000 (1.9 Milyar rupiah- kurs Rp13.000 ) itu tidak mudah, butuh kerja puluhan tahun dulu. Itu yang menimpa Jackie Krowen. Dia merasa bahwa selama lebih dari lima tahun kuliah, dia seperti dicurangi dan terjebak dalam perangkap "mereka". 

Pada umur 19 tahun, ia study di Community College di Oregon. Disana ia melakukan pinjaman awal untuk kuliah selama 1-2 tahun. Setelah dari CC ia dipindah ke Universitas Portland State dan meminjam uang lagi dari Student Loan untuk membiaya perkuliahan selama sekitar 2 tahun. Setelah itu ia masuk ke Nursing School (semacam sekolah akademi kebidanan dan perawat) di Rochester New York dan diharuskan meminjam lagi untuk men-cover biaya penjurusan di Nursing School. Total ada lebih dari $150.000 pinjaman yang ia pinjam. Jika dirupiahkan, total ia meminjam lebih dari 1.9 milyar rupiah. "Saya merasa hidup saya telah hancur karena memutuskan untuk kuliah", sesal Krowen.

Itulah fenomena yang saat ini dialami banyak mahasiswa Amerika. Padahal mereka kuliah di negara mereka sendiri. Rata-rata dari mereka terjerat utang sekitar $80.000. Dan untuk membayar utang yang dialami Jackie sebesar 1.9 milyar itu, secara hitung-hitungan, ia bisa melunasinya dengan bekerja selama lebih dari 30 tahun. Itu berarti selama hidupnya ia harus bekerja bersusah-payah, bukan demi karir suksesnya atau demi dirinya dan keluarga, melainkan menghabiskan waktu demi membayar dan melunasi pinjaman 1.9 milyar tersebut. 

Memang sekarang ada program pengampunan yang disebut The Public Service Loan Forgiveness Program yang digagas di tahun 2007 silam. PSLFP mensyaratkan bahwa mereka akan mempertimbangkan untuk menghapus seluruh riwayat utang seorang mahasiswa jika mereka tekun membayar utang tepat waktu selama 10 tahun dan bekerja di Public Service Places (tempat-tempat pelayanan dan jasa umum). 

Fenomena seperti ini saya sebut "Student Trap" (Jebakan bagi mahasiswa/pelajar), bukan "Student Loan" , karena memang ini bukan beasiswa atau bukan termasuk kategori Financial Aid (Bantuan Finansial) melainkan pinjaman. Jika sudah begitu, masihkah kita menganggap bahwa kuliah di Indonesia sangat mahal, jika dibandingkan dengan apa yang dialami mahasiswa-mahasiswa di AS dan sistem Student Loan yang diterapkan disana. Jika mahasiswa kedokteran S1 di Indonesia menghabiskan Rp. 500 juta rupiah dengan total 6-7 tahun lulus, bayangkan berapa biaya yang dikeluarkan sekolah kedokteran di AS, bisa-bisa 2-3 M. Jika begitu, maka saya sarankan sebaiknya mahasiswa (khususnya mahasiswa AS) mengambil atau memilih bantuan beasiswa saja untuk kuliah S1 di AS, bukan pinjaman. Karena pinjaman bukan termasuk Financial Aid dan akan membebani anda seumur hidup anda. Yang jelas, baik di Indonesia maupun di Amerika, kuliah dimana saja sekarang benar-benar mahal. Di Indonesia memang tidak ada Student Loan, tetapi jika kuliah di AS (terutama mahasiswa S2 Indonesia yang kuliah di Amerika), sebaiknya hindari meminjam dari Student Loan. Kalau meminjam dalam jumlah kecil dan yakin bisa mengembalikannya dengan bekerja disana sebagai kasir, penjaga kafe, atau pekerjaan sambilan lain, silahkan saja. 


Referensi;

https://www.theatlantic.com/business/archive/2016/07/the-scariest-student-loan-number/492023/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun