Pada Kamis (21/7), saya menghadiri acara yang diselenggarakan oleh StartupLokal. Saya tertarik dengan topik yang diangkat; tentang membangun sebuah tim. Acara tersebut mengundang Reno Rafly, seorang Indonesia yang baru satu tahun membuat Catalyst Global Consulting, sebuah perusahaan strategi pemberdayaan manusia—sederhananya begitu.
Dalam paparannya, Reno membedakan antara tim dan grup. Tujuan sebuah tim dibuat adalah kemajuan kolektif, sedangkan grup hanya untuk berbagi informasi yang masing-masing miliki. Tanggung jawab yang dibebani juga berbeda. Grup bertanggung jawab hanya untuk diri sendiri, sedangkan tim mengusung tanggung jawab bersama. Jadi, bila satu orang gagal, maka seluruh orang yang berada dalam satu tim tersebut juga gagal. Tujuan bersama merupakan energi dari sebuah tim.
Saya suka dengan apa yang Reno lakukan saat memulai acara. Dia meminta hadirin berkenalan satu sama lain. Bukannya hadirin yang memperkenalkan diri, dia meminta hadirin untuk memperkenalkan teman yang diajaknya bicara saat berkenalan tadi. Hal ini menunjukkan bahwa untuk membuat sebuah tim, seseorang harus mengenal siapa orang yang akan menjadi bagian timnya.
Setelah semua slide yang ditampilkannya habis, Reno membagikan kertas dan alat tulis lalu membagi hadirin menjadi kelompok berisi 3-4 orang. Kelompok tersebut diminta untuk menggambarkan tim seperti apakah yang akan mereka buat. Bagi orang yang susah berinteraksi, tidak mudah melakukan hal ini. Berkomunikasi dengan orang-orang yang sudah lama dikenalnya saja sukar, bagaimana bertukar pikiran dengan orang-orang yang baru dikenalnya pada saat itu juga?
Tapi itulah serunya. Keterbukaan dan hak memberikan pendapat sangat dianjurkan agar tugas yang diberikan Reno selesai. Saya dan kelompok saya menggambarkan seorang atasan berpakaian sederhana (celana pendek dan kaos) yang dikelilingi oleh karyawannya yang juga berpakaian sama. Hierarki jabatan bukan model tepat untuk sebuah tim. Atasan semestinya down-to-earth dan mendengarkan langsung pendapat dari karyawannya.
Ada tiga kelompok yang mempresentasikan hasil gambarnya. Satu berbentuk pokeball, dua lainnya berbentuk rumah dan keluarga. Filosofi tentang rumah yang menarik perhatian saya. Rumah dibuat tentu dengan berbagai macam bahan, dari yang mahal sampai barang-barang dengan harga murah. Mereka menjadi satu kesatuan yang bila tidak ada salah satunya akan runtuh. Memang, membangun rumah tidak mudah dan butuh waktu.
Pada akhirnya, saya tahu bahwa sebuah tim harus mengempaskan individualistis. Bagaimana tidak? Untuk mencapai tujuan bersama, tentu mengharuskan setiap komponennya bekerja dengan baik dan benar. Untuk bekerja dengan baik dan benar, anggota tim harus sama-sama mengerti tentang hal di dalam konteks dan di luar konteks tujuan tersebut. Saya suka dengan salah satu key takeaways Reno: understand your team's needs. Inilah yang menurut saya peran utama dalam sebuah tim atau—dalam skala besar—sebuah perusahaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H