Sabar memang tanpa batas. Selagi hidup, kita butuh sabar. Apa pun kondisi kita, harus ada sabar. Susah, senang, sempit, lapang, sedih, gembira, dan apa pun itu tetap harus ada sabarnya. Sabar adalah kunci sukses dalam hidup.
Kalau hidup kurang sabar, maka mudah putus harapan. Orang yang putus harapan niscaya hidupnya akan terpuruk. Baginya, dunia sudah gelap. Tak ada yang bisa diharapkan lagi dari kehidupan ini.
Orang yang putus harapan hidupnya akan terombang ambing, tak tentu hendak ke mana arah haluannya. Benar-benar gelap. Tak ada jarum kompas sebagai penunjuk jalannya. Hilang kendali. Sesat. Kebingungan. Seakan-akan hidup ini sudah kiamat.
Inilah bahayanya hilang harapan. Orang yang hilang harapan selalu mengambil jalan yang salah. Sebab, tak ada tempat untuknya mengadu. Bahkan tak tahu kepada siapa harus mengadu. Ia tak punya sandaran yang kokoh saat dirinya tak mampu lagi berdiri dengan kokoh.
Maka, sebagai Mukmin, kita diingatkan Al-Qur'an:Â
"Janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Dia menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik." (QS. 59: 19)
Oleh sebab itu, orang Mukmin tidak boleh kehilangan Allah. Sekali kehilangan Allah, maka kita akan hilang segalanya. Rasulullah Saw pernah mengingatkan bahwa alangkah menakjubkan seorang Mukmin itu. Kenapa? Sebab, apa pun kondisinya, maka itu baik baginya. Dalam kondisi senang, ia bersyukur. Dalam kondisi susah, ia bersabar. Kedua-duanya baik baginya.
Maka, layakkah kita disebut sebagai Mukmin jika tak ada sifat syukur dan sabar dalam diri kita? Dikasih senang, kita lupa, alih-alih bersyukur. Dikasih susah, kita menggerutu, alih-alih bersabar.
Iman dalam dada kita harus selalu dipupuk dan dirawat. Ibarat tanaman, jika tak dipupuk dan dirawat, maka ia mudah layu bahkan mati. Sebagai manusia biasa, kita tak bisa menafikan bahwa sewaktu-waktu kita ada dalam titik terendah. Saat berada dalam titik terendah itulah kita harus ingat bahwa apa yang sedang kita alami adalah ujian dari Allah.
Mustahil orang beriman tak diuji. Maka, saat diuji, jangan seperti orang tak beriman. Misalnya, menggerutu, mengutuk keadaan, apalagi sampai putus asa. Jauhi tindakan yang demikian itu. Saat ujian datang, kedepankan iman. Pandanglah ujian itu dengan kaca mata iman. Maka, kita akan teguh menghadapi ujian tersebut.
Allah hadirkan ujian buat kita, bukan berarti Allah hendak menghinakan atau menghukum kita. Tapi justru, ujian itu adalah bentuk kasih sayang Allah. Bentuk perhatian Allah kepada kita. Barangkali Allah kangen dengan kita. Maka, dikasih ujian.