Pagi ini, pukul 02.38 WIB, saya terbangun. Tak ada cahaya sedikit pun ketika mata ini terbuka. Segera saja saya meraba hp lalu menghidupkan lampu senter hp.
Saya bergegas keluar hendak mengecek meteran listrik. Tapi, sebelum membuka pintu, saya intip dulu melalui jendela dan menyoroti lampu senter hp ke arah luar untuk memastikan kondisi di luar rumah aman.
Saya pun membuka pintu dan langsung ke titik meteran listrik. Ternyata, token listriknya habis. Tak seperti biasanya, kali ini saya tidak menyadari kalau token listriknya sudah mau habis.
Biasanya bunyi alarm token listriknya terdengar, tapi tadi malam alarmnya tidak berbunyi atau mungkin saya yang tidak mendengar. Kalau saya mendengar, pasti akan langsung saya isi tokennya agar tragedi pagi ini tidak terjadi.
Kan ngeri juga ya, pukul 02.38 WIB pagi, mati lampu dan harus mengecek meteran listrik di luar rumah. Saya ngerinya bukan karena takut hantu atau apa, tapi khawatir ada modus kejahatan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Karena saya pernah baca berita ada kasus perampokan dengan modus mematikan meteran listrik. Makanya, sebelum keluar membuka pintu, saya pastikan dulu lewat jendela kondisi di luar rumah. Alhamdulillah, kondisi aman, token listrik saya beli melalui mobile banking, dan listrik rumah saya hidup kembali.
Remaja di Bus Way
Sampai di sini dulu cerita mati listriknya. Tiba-tiba saya teringat waktu sore harinya. Saya bersama istri dan anak pergi ke suatu tempat. Kali ini kami menggunakan kendaraan umum bus way.Â
Di dalam bus yang kami tumpangi, ada penampakan yang tak biasa, mungkin tak pernah saya saksikan selama naik bus way di sini (Batam). Tampak di kursi depan sisi kiri bus seorang remaja sedang membaca buku. Penampakan langka, bukan? Kalau menurut saya langka sekali, apalagi di negara yang tingkat daya bacanya rendah sekali menurut data statistik.
Saya senang sekali. Melihat remaja yang menjadikan membaca sebagai habitus, syukur kalau bisa sampai di tahap butuh. Ini bisa menjadi percontohan terutama untuk generasi sekarang. Apalagi di era yang serba cepat dan instan ini. Kita butuh literasi yang kuat untuk mencerna arus informasi yang begitu deras supaya tidak terjebak pada informasi-informasi hoax dan sejenisnya.
Saya optimis generasi emas 2045 akan terwujud jika generasi masa kini menjadikan membaca sebagai habitus. Dengan membaca, maka akan tercipta generasi muda Indonesia yang berkualitas, berkompeten, dan berdaya saing tinggi sebagaimana karakteristik Generasi Emas 2045.