Syaikh Yusuf Qardhawi mengungkapkan bahwa ada tiga faktor penyebab mengapa jiwa terasa tidak tenang. Seringkali merasa kecewa, selalu berkeluh kesah, dan semacamnya. Nah, apa saja ketiga faktor tersebut? Lalu bagaimana cara kita menyikapi hal tersebut? Mari kita bahas.
Ketiga faktor penyebab kenapa jiwa kita tak tenang adalah: Pertama, adanya penyesalan atas keadaan-keadaan di masa lalu. Kedua, adanya perasaan benci terhadap apa yang sedang dihadapi. Dan ketiga, adanya perasaan cemas terhadap apa yang bakal terjadi di masa akan datang.
Faktor pertama terkait dengan masa lalu. Sebaiknya pengalaman-pengalaman kelam pada masa lalu jangan disesali. Tapi, dijadikan ia sebagai pelajaran (ibrah). Kalau waktu sekarang dihabiskan untuk menyesali masa lalu, maka boleh jadi masa depannya akan suram. Alias tidak punya masa depan yang baik. Sebab, penyesalan terhadap masa lalu akan menghambat lajunya langkah-langkah positif di masa depan. Sekali lagi, maafkanlah masa lalu yang kelam itu.
Faktor kedua terkait dengan masa sekarang. Masa sekarang yang kita jalani adalah masa terbaik untuk mengumpulkan pundi-pundi amal saleh. Jadi, jangan pernah membenci kondisi kita yang sekarang. Yakinlah, kondisi kita sekarang ini adalah kondisi terbaik yang dianugerahkan Allah kepada kita. Kondisi apa pun yang terjadi pada diri kita di masa sekarang ini, hendaklah kita sikapi dengan rasa syukur. Sebab, syukur adalah kunci kebahagiaan. Kebahagiaan akan mendatangkan ketenangan bagi jiwa.
Faktor ketiga adalah terkait dengan masa yang akan datang. Kebanyakan manusia selalu khawatir, cemas, dan takut dengan apa yang akan terjadi pada masa depan. Padahal masa depan itu belum terjadi. Sebenarnya, kecemasan itulah yang membuat jiwa kita gundah gulana. Khawatir, cemas, dan takut bukanlah sikap terbaik untuk mengahadapi masa depan. Sikap terbaik kita adalah mempersiapkan dan merencanakan dengan baik untuk masa depan itu.
Allah mengingatkan kita supaya mempersiapkan segala sesuatunya untuk masa depan. Allah menyeru:"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan", (QS. 59: 18).
Dengan demikian, sikapilah masa lalu itu dengan muhasabah dan introspeksi diri, masa sekarang ini dengan syukur, dan masa depan nanti dengan tafakur dan perencanaan yang matang. Mulai sekarang pasanglah niat yang baik, pikiran yang baik, berprasangka baik, amal yang baik, dan selalu optimis. Insya Allah, ketenangan dan kebahagian akan menjadi milik kita semua, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H