Mohon tunggu...
Abdur Rauf
Abdur Rauf Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIQ Kepulauan Riau

Aku berkarya, maka aku ada.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aja Adigang, Adigung, Adiguno

2 Januari 2025   16:49 Diperbarui: 2 Januari 2025   16:49 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Aja Adigang, Adigung, Adiguno (Doc. Pribadi)

Hati-hati dengan sifat yang satu ini: sombong. Sebab, setiap kita berbakat jadi orang sombong. Maka, Rasulullah SAW memperingatkan kita umatnya secara tegas:

"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebiji zarah sifat sombong." (HR. Muslim)

Pangkat, jabatan, kedudukan, kekayaan bisa membuat orang lupa diri. Seringkali orang menjadi sombong manakala hal itu melekat pada dirinya.

Tapi, bukan berarti kita tidak boleh berpangkat, berjabatan, berkedudukan, atau berharta. Hanya saja, kita perlu lebih berhati-hati dan bijaksana dalam mengemban amanah atau titipan tersebut.

Lalu keturunan. Faktor keturunan juga bisa membuat orang jadi sombong. Merasa diri berasal dari keturunan ningrat atau darah biru biasanya membuat seseorang jadi tinggi hati dan lupa tempat pijakan.

Karena itu, ia selalu ingin dihargai lebih dari orang lain. Kalau bisa, orang lain harus bertekuk lutut jika berhadapan dengannya. Fenomena sosial ini marak kita temui di sekitar kita.

Padahal Al-Qur'an dengan tegas menyatakan bahwa kemuliaan seseorang itu tidak bergantung pada faktor keturunannya, tapi lebih kepada siapa yang paling bertakwa di sisi Allah.

Sebagaimana Allah berfirman:

"Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti." (QS. 49: 13)

Spirit egalitarian sangat ditekankan dalam Islam. Maka, siapa pun punya kesempatan yang sama di hadapan Allah untuk menjadi manusia mulia, tak kira apa pun jua latar belakangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun