Kita nggak tahu, apa rahasia atau hikmah di balik takdir yang telah Allah tetapkan untuk kita. Jika direfleksikan secara mendalam, maka akan tampaklah bagi kita kebaikan dan keadilan Allah itu.
Jika setiap yang kita inginkan tak tercapai, jangan buru-buru kecewa, pikirkan secara jernih, barangkali ini yang terbaik. Bukankah kita selalu berkata, selalu ada hikmah atas setiap peristiwa yang terjadi?Â
Maka, di sinilah letak pentingnya husnudzhan, berbaik sangka. Berbaik sangka itu penting, apalagi terhadap Allah.
Ingat, baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah. So, ridha adalah sikap terbaik atas setiap takdir yang Allah tetapkan untuk kita. Dengan ridha, hati kita akan lebih tenang dan lapang.
Kadangkala kita mengutuk takdir yang tidak sesuai dengan harapan. Demi melepaskan kekecewaan, kita katakan, Allah kejam bahkan tidak adil.
Begitulah jiwa kita meronta, merasa bahwa Allah sedang berlaku zalim atas diri kita. Saat itu kita mulai hilang kepercayaan kepada Allah.
Tidak! Sekali lagi, tidak! Allah itu tidak kejam. Allah itu Maha Rahman dan Maha Rahim. Itulah kalam pembuka yang menyebutkan sifat-Nya yang paling utama.
Setiap takdir Allah adalah terbaik untuk kita. Tidak ada takdir yang sia-sia. Semua takdir, apa pun itu, niscaya menuai banyak hikmah. Hikmah itulah harta kita yang paling berharga.
Hikmah itu mampu menyadarkan kita, betapa keluasan rahmat Allah itu tidak terkira. Tidak berbilang dan tak terbatas. Rahmat Allah itu luas.
Kita yang seringkali membuatnya menjadi sempit. Mata dan hati kita telah tertutup sehingga tidak dapat melihat dan merasakan nikmat dan rahmat-Nya yang melimpah ruah.