Semua fasilitas yang disediakan Allah di bumi ini, semata-mata untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia. Sebab, manusia adalah di antara makhluk Allah yang diamanatkan untuk mengelola bumi.
Baik dan buruknya kehidupan di bumi ini tergantung kepada bagaimana manusia mengelola berbagai macam fasilitas yang tersedia.
Manusia yang hatinya senantiasa dipenuhi rasa syukur, maka akan memanfaatkan fasilitas-fasilitas itu dengan sebaik-baiknya.
Allah tidak menganjurkan manusia melakukan perbuatan-perbuatan yang berpotensi merusak bumi. Entah itu terhadap lingkungan, sesama manusia, ataupun makhluk-makhluk yang lain.
Terhadap lingkungan, manusia hendaknya menjaga keseimbangan ekosistemnya. Manusia hendaknya tidak serakah dalam memanfaatkan hasil bumi.
Dan sesama manusia, hendaknya jangan saling bermusuhan apalagi sampai menumpahkan darah. Semuanya harus saling berkolaborasi menciptakan keharmonisan, keseimbangan, kedamaian, dan kebaikan.Â
Jika ada perbuatan manusia yang tidak berimplikasi kepada kebaikan, keharmonisan, keseimbangan, ataupun kedamaian, maka perbuatan manusia itu tidak sejalan dengan kehendak Allah.
Membangkang perintah Allah sama saja dengan mendurhakai-Nya. Manusia sebagai hamba, semestinya taat dan patuh terhadap perintah Allah. Sadarilah bahwa tidak ada tujuan lain dari peraturan dan hukum Allah, melainkan untuk kemaslahatan manusia dan semesta.
Kebaikan yang kita lakukan, sejatinya untuk kemaslahatan diri kita sendiri. Oleh sebab itu, apa pun bentuk kedurhakaan kita kepada Allah, sesungguhnya kita sedang menzalimi diri sendiri.
Tapi, apa daya, seringkali kita tak pernah menyadarinya. Pelanggaran demi pelanggaran yang kita lakukan, kita anggap sebagai angin lalu saja, tanpa pernah bermuhasabah dan bertafakur diri. Betapa angkuh dan pongahnya diri kita. Itulah gambaran manusia yang lupa diri.