Kadang-kadang, tradisi yang dianggap bid'ah oleh sebagian orang, justru menuai banyak hikmah. Misalnya, tradisi membaca yasin dan tahlil.
Saya tidak sedang membela mereka yang gemar melakukan tradisi ini. Hanya saja, hendak mengambil sisi-sisi positif yang itu memiliki dampak sosial yang luar biasa dari tradisi ini.
Di antara hikmahnya adalah, secara tidak sadar, tradisi ini sangat membantu mengentaskan buta huruf Al-Qur'an di masyarakat kita.
Kita tahu, bahwa di negeri kita, angka buta huruf Al-Qur'an tinggi sekali, mencapai 65 persen. Setidaknya tradisi ini, memberi kesempatan bagi mereka yang buta huruf Al-Qur'an itu menikmati Al-Qur'an. Ini adalah kabar gembira yang harus kita syukuri.
Dengan seringnya mengikuti majelis yasinan ini, pelan-pelan mereka mulai menyentuh Al-Qur'an, lalu mengenal huruf demi huruf dari Al-Qur'an, mulai bisa membaca Al-Qur'an, bahkan mulai hafal Al-Qur'an, meskipun hanya satu surat saja: Yasin.
Sudah lancar membaca dan hafal surat Yasin, mereka mulai mengamalkan dengan rutin membaca sendirian di rumah-rumah mereka sehabis shalat magrib atau shalat-shalat lainnya.
Kita sangat bersyukur, boleh jadi ratusan bahkan ribuan orang bisa membaca Al-Qur'an, hanya gara-gara sering ikut yasinan.
Mungkin ada orang yang sudah sepuh buta huruf Al-Qur'an, tapi karena sering mengikuti majelis ini, ia jadi bisa menikmati dan membaca surat Yasin.
Meskipun ia hanya bisa membaca surat Yasin, paling tidak semasa hidupnya, ia pernah menikmati dan membaca Al-Qur'an.
Kita tidak tahu, bacaan Al-Qur'an kita yang mana, yang mendatangkan keberkahan dan keridhaan Allah.