Jual beli, gengs, emang jadi aktivitas ekonomi yang paling keren dan penting dalam hidup kita. Lewat jual beli, kehidupan kita jadi lebih nyaman, kesejahteraan naik, dan peradaban kita makin mejeng. Tapi, di tengah serunya transaksi jual beli, sering banget muncul aksi-aksi curang yang bikin prinsip keadilan dan kejujuran jadi kececer. Aksi-aksi curang ini dijuluki tadlis dan taghrir, loh!
Tadlis, itu aksi curang yang dilakuin sama satu pihak dalam jual beli. Mereka sengaja nutup-nutupin cacat atau kekurangan di barang atau jasa yang mereka jual. Niatnya sih biar dapet keuntungan lebih, tapi ya sayangnya, harus ngekorbanin pihak lain. Tadlis bisa dijalanin dengan macem-macem cara, mulai dari nutupin cacat produk, sampe bikin tampilan barang jadi lebih kinclong, atau malah ngasih info bohong tentang produknya. Nah, kalo taghrir, sebaliknya nih, mereka curang dengan kasih info yang nggak bener atau ngelesin barang atau jasa yang mereka jual. Tetep tujuannya sama, nyari untung dengan bikin pihak lain bingung.
TADLIS
Fukaha bilang tadlis itu kayak nutup-nutupin aib barang dalam jual beli. Cuma ya, dari nash yang ada, tadlis nggak cuma soal nutupin aib atau cacat barang aja. Tadlis juga bisa terjadi kalo barang yang dijual ternyata nggak sesuai sama yang mereka deskripsikan atau yang tampak, meski nggak ada cacat yang nyata. Jadi tadlis itu kondisinya kaya gitu, bro. Satu pihak gak tau kondisi sebenarnya, dan pihak yang tahu informasi makin kepoin aja untuk dapet untung dengan nyusupin info palsu. Soalnya, kondisi ini terjadi karena ada informasi yang nggak lengkap. Tadlis bisa muncul dari segi kualitas, kuantitas, harga, dan waktu penyerahan barang. Nah, jelas ini karena adanya ketidakjujuran di antara pihak yang terlibat dalam transaksi.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang, (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi."
(QS. Al-Muthaffifiin 83: Ayat 1-3).
Taghrir, beda lagi. Taghrir ini ketidaklengkapan informasi yang dialami oleh kedua belah pihak, si pembeli dan si penjual. Ini bikin suasana jual beli jadi kayak ada ketidakpastian atau risiko gitu, di mana hasil atau kejadian yang bakal muncul punya probabilitas yang beda-beda. Dalam ilmu ekonomi, Taghrir ini disebut uncertainty atau resiko. Jadi, kalo ada unsur ketidakpastian yang melibatkan kedua belah pihak, kasus Taghrir bakal muncul, bro. Al-Qur'an juga dengan tegas melarang segala transaksi bisnis yang mengandung unsur penipuan dalam segala bentuk dan mewajibkan buat berlaku adil.
Nah, kaloAllah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu."