Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Bisnis Law

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mudik Tanpa Polusi, Flexing dan Gengsi Jangan Menambah Beban Bumi

21 Maret 2025   17:54 Diperbarui: 21 Maret 2025   15:04 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apakah mudik kita menambah karbon    (Kompas.com)

Mudik adalah tradisi penuh makna yang dinanti setiap tahun. Namun, di balik kebahagiaan bertemu keluarga dan kembali ke kampung halaman, ada dampak besar yang sering diabaikan, polusi udara akibat membludaknya kendaraan pribadi di jalanan. 

Ironisnya, meskipun banyak orang memahami konsekuensi lingkungan dari emisi karbon, mereka tetap memilih mobil pribadi demi kenyamanan, fleksibilitas, dan terkadang hanya demi gengsi serta flexing di media sosial.

Pilihan transportasi saat mudik sebenarnya bisa lebih bijak dan ramah lingkungan. 

Kereta api dan bus menawarkan solusi efisien dengan konsumsi bahan bakar yang lebih rendah per penumpang dibandingkan mobil pribadi. Selain itu, semakin banyak alternatif transportasi massal yang lebih nyaman dan modern. 

Sayangnya, ada anggapan bahwa mudik dengan kendaraan pribadi adalah simbol status. Melaju di jalan tol dengan mobil baru atau mengunggah perjalanan yang serba mewah di media sosial seolah menjadi bagian dari kebanggaan, meskipun dampaknya memperburuk kualitas udara di kampung halaman.

Faktanya, polusi dari kendaraan pribadi membawa dampak nyata. 

Kampung halaman yang seharusnya menjadi tempat untuk menyegarkan pikiran justru disesaki oleh asap knalpot dan kemacetan. Udara yang segar berganti dengan debu dan gas buang, menciptakan warisan buruk bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat setempat. 

Jika tujuan mudik adalah untuk merasakan kedamaian dan kebersamaan, mengapa harus menambah beban bumi dengan jejak karbon yang berlebihan?

Mengurangi polusi saat mudik bukan berarti mengorbankan kenyamanan. 

Justru, memilih transportasi yang lebih efisien seperti kereta api, bus, atau berbagi kendaraan dengan keluarga besar dapat membuat perjalanan lebih santai dan bebas stres. Tidak perlu memaksakan diri membawa kendaraan pribadi jika ada opsi yang lebih baik. Tidak perlu gengsi jika memilih transportasi umum. Yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa menikmati perjalanan tanpa membebani lingkungan yang kita cintai.

Mudik bukan ajang flexing atau pamer status. Ini adalah perjalanan untuk kembali ke akar, merayakan kebersamaan, dan menjaga kampung halaman tetap asri. Budaya flexing dan gengsi, jangan dibawa ke kampung sendiri, karena keikhlasan dan ketulusan sejati sudah hidup di hati. Tanpa pamer diri, tetap dihormati, tanpa gengsi tetap menjadi pribadi yang disegani. Di kampung, tidak semua hal bisa dicitrakan diri, karena kita semua tahu siapa kita yang sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun