Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi Bisnis

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Modernisasi Job Fair dengan Job Portal yang Terintegrasi

28 November 2024   20:54 Diperbarui: 30 November 2024   14:17 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Job Fair. (Foto: kompas.com)

Pasar kerja Indonesia menghadapi masalah yang tidak kunjung selesai. Ribuan pencari kerja kesulitan mendapatkan pekerjaan, sementara perusahaan mengeluhkan minimnya tenaga kerja berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan mereka. 

Di tengah situasi ini, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) justru terlihat belum serius dalam memanfaatkan teknologi untuk mengelola pasar kerja. 

Program seperti Pasker.id, KarirHub, dan Siap Kerja lebih sering terlihat sebagai formalitas dibandingkan solusi nyata.

Apa yang terjadi? Portal-portal ini, yang seharusnya menjadi jembatan antara pencari kerja dan perusahaan, justru seperti jalan buntu. 

Entitas negara seperti BUMN dan bank pemerintah pun tak memanfaatkan portal ini secara maksimal. Yang lebih mengejutkan, bank pemerintah seperti Mandiri, BRI, dan BNI malah memilih LinkedIn---platform internasional---untuk mempromosikan lowongan mereka. 

Bahkan job fair internal bank-bank ini lebih sering diiklankan di LinkedIn ketimbang menggunakan portal buatan pemerintah.

Ini menjadi bukti nyata bahwa Pasker dan program serupa belum dipercaya, bahkan oleh lembaga negara yang seharusnya mendukungnya.

Job Fair yang Hanya Seremonial

Selain masalah di job portal, job fair yang diselenggarakan Kemenaker juga tak lebih dari acara seremonial. 

Terlihat megah, diadakan beberapa kali setahun, tetapi seringkali tanpa hasil yang jelas. Pencari kerja datang dengan harapan besar, tetapi pulang tanpa kejelasan tentang lamaran mereka.

Setelah acara selesai, tidak ada tindak lanjut. Tidak ada transparansi tentang siapa yang diterima, atau bahkan respons sederhana seperti "maaf, Anda belum memenuhi kualifikasi." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun