Melewati badai itu tidak mudah, tetapi meraih pelangi itu jauh lebih sulit. Namun, saya percaya Gibran mampu melakukannya. Ia punya potensi, ia punya keberanian. Yang ia butuhkan sekarang adalah refleksi, keberanian untuk berubah, dan tekad untuk meninggalkan warisan yang tak terlupakan.
Mampukah dia? Saya percaya jawabannya adalah: ya. Tetapi waktu dan langkah berani akan menjadi buktinya.
Narasi ini adalah suara cinta---cinta pada pemimpin muda, pada bangsa, dan pada harapan akan perubahan. Namun, cinta membutuhkan kritik agar tumbuh menjadi lebih baik. Jika Anda tersentuh oleh tulisan ini, sebarkanlah, karena kritik tidak hanya untuk Gibran, tetapi juga untuk saya sebagai penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H