Saya lupa bahwa sebenarnya ada lebih banyak pilihan di luar sana. Saya terlalu sibuk mengejar keamanan yang datang dari posisi sebagai karyawan, hingga saya melupakan potensi untuk menjadi mandiri dan membangun sesuatu untuk diri saya sendiri.
Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa nasib bisa diubah, tapi perubahan itu tidak datang dari luar. Menjadi buruh bukanlah takdir yang harus dijalani selamanya, dan nasib kita tidak berubah hanya karena ada kemenangan hukum atau kebijakan baru.
 Perubahan sejati datang ketika kita mengambil langkah untuk keluar dari rutinitas yang membatasi dan melepaskan diri dari mentalitas "budak korporat".
Kemenangan MK, Penting, Tapi Bukan Penentu Utama
Â
Tentu, kemenangan di Mahkamah Konstitusi dapat memperbaiki kondisi kerja dan memberikan perlindungan yang lebih baik bagi buruh. Namun, kemenangan hukum ini hanyalah sebuah dorongan, bukan jaminan nasib kita berubah. Keputusan hukum memberikan peluang, tetapi tanpa tindakan dari diri kita sendiri, peluang itu hanya akan berlalu begitu saja.
Ketika kita hanya bergantung pada kemenangan di pengadilan atau kebijakan dari pemerintah, kita cenderung pasif. Kita menunggu perubahan datang dari luar, sambil tetap terjebak dalam rutinitas yang sama.Â
Nasib kita tidak bisa berubah hanya dengan menunggu. Setiap kemenangan di MK hanyalah sebuah pintu yang terbuka, tetapi kita harus melangkah melewati pintu itu untuk benar-benar mengalami perubahan.
Nasib Berubah Melalui Tindakan, Bukan Menunggu
Setelah melalui pengalaman tersebut, saya sadar bahwa nasib saya tidak akan berubah hanya dengan harapan akan keputusan atau kebijakan dari orang lain. Saya harus membuat pilihan sendiri.Â
Saya harus keluar dari pikiran tertutup tentang bagaimana modal atau ketidakpastian bisa menghalangi saya. Nasib berubah bukan dari keputusan orang lain, tetapi dari tindakan yang saya ambil.