Mohon tunggu...
Abdul Wahid
Abdul Wahid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang dan Penulis sejumlah buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agama Pasca Pandemi

31 Oktober 2021   07:24 Diperbarui: 31 Oktober 2021   07:29 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selama kesantunan inklusif bisa disemaikan untuk membangun dan membingkai aktifitas manusia baik secara individual, bermasyarakat maupun bernegara, maka keselamatan, kebahagiaan, dan kejayaan akan tetap bisa diraihnya. Kesantunan ini termasuk barang mewah akibat sering dicibir dan disingkirkan oleh subyek beragama yang sudah merasa dirinya ynag paling benar dan bermartabat di mata Tuhan.

 Kata kunci kejayaan hidupnya itu jelas  terletak pada kejayaan etikanya. Sedang kata kunci kehancuran hidupnya terletak pada kehancuran etika beragamanya). Konstruksi etis ini berelasi pada pembuktian diri yang bernaa kesantunan. Selama kesantunan ini bisa ditunjukan, apalagi bisa dikembangkan, maka harmonisasasi dunia bisa terwujud. Inilah yang  menjadi imppian bangsa dimanapun.

Selama manusia masih berpegang teguh dengan etika kesantunan, manusia tidak perlu takut menghadapi dan menjawab ragam tantangan yang mengujinya. Dan salah satu akhlak yang baik ini adalah bila seseorang mampu mengendalikan atau mencegah marah dari kemungkinan ditunjukkan dan diampiaskan secara destruktif.

Secara psikologis, ketika seseorang itu merasa dirinya tidak bersalah, tidak berbuat jahat, dan tidak melanggar hak asasi manusia lain, atau tidak melakukan perbuatan yang merugikan sesamanya, sementara seseorang ini terus menerus diserang oleh berbagai intrik, fitnah, dan praktik-praktik kekejian seperti pembunuhan karakter (character assassination), maka sebenarnya seseorang ini berhak mereaksi dan melampiaskan kemarahannya.

Kalau kemudian sikap dan gaya perilakunya diubah yang diantaranya mengerahkan segala kemampuannya untuk memenangkan nalar dan sikap sabar di atas sifat marah, maka kemungkinan terjadinya tragedi berdarah atau "main bunuh" bisa dicegahnya. Masing-masing subyek beragama bisa menunjukkan kesalehan dan kesahihan dirinya demi mewujudkan universalitas konstruksionalitas kehidupan bermasyarakat dan berbang yang saling menghormati dan memuliakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun