Mohon tunggu...
Abdul Wahid
Abdul Wahid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang dan Penulis sejumlah buku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Berselancar" Sampai Mati

6 Februari 2021   17:57 Diperbarui: 6 Februari 2021   18:03 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: foto penulis

Oleh :  Abdul Wahid

Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, 

dan uangnya adalah pinjaman. 

Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, 

dan pinjaman itu haruslah dikembalikan.
(HR Ibnu Mas'ud)

Apa yang dikatakan Nabi itu sejatinya mengingatkan kita, bahwa hidup di muka bumi laksana tamu, yang tiba-tiba dating tanpa diundang, atau pergi tanpa kita minta atau suruh. Kita bisa "berselancar" demi berebut sesuap nasi, adu kompetisi, menganyam friksi, terlibat dalam perkelahian, dan bahkan mempertaruhkan nyawa, harga diri, dan terperosok dalam bursa kriminalisasi demi "kursi", namun kita tidak pernah tahu kapan jadwal "mati".

Kita sudah diingatkan oleh Nabi untuk menghormati atau menghargai hidup. Hidup diharuskan tidak berakhir tanpa makna dan sia-sia.Kalau sedang terlibat dalam banyak dan ragam "selancar", kita diharuskan berefleksi atau menunaikan hajat spiritualitas, berdzikir atau berelasi vertikal denganNya, bahwa hidup di dunia ini bukan semata-mata "selancar" hedonisme dan amterialisme yang dibangun, tetapi juga "selancar" kepadaNya.

Di negeri ini, sudah banyak ditemukan model manusia yang hanya sibuk "selancar" memburu kepentingan duniawi, memuaskan hasrat maksiat, mengejar ambisi tak kenal titik nadir, atau rajin menapak dalam ranah petualangan yang serba dikalkulasi dengan "uang", sementara apa yang diperbuatnya ini jauh dari ranah "memberi" pada kemaslahatan publik.

"rang sering menanyaiku, apakah aku tahu rahasia kesuksesan dan apakah aku bisa memberikan jalan untuk mewujudkan impian-impian mereka. Jawabanku adalah: kau akan berhasil hanya dengan kerja keras" (Walt Disney).

Selama ini, di tengah masyarakat salah satu penyakit yang dinilai sebagai momok dalam kehidupan seseorang adalah kegagalan. Kata "kegagalan" seolah menjadi musuh bagi siapa saja, khususnya seseorang yang sedang menjalankan aktifitas atau bermaksud mewujudkan pikiran-pikiran, ide-ide, atau gagasan-gagasan briliannya menjadi kegiatan.

Seseorang boleh jadi menilai, bahwa kegagalan merupakan awal menuju kesuksesan. Namun demikian, di hatinya yang paling dalam tentulah ada perasaan sedang menanggung beban berat akibat kegagalannya, atau sekurang-kurangnya dalam pikirannya sedang berkecamuk untuk menyusun cara-cara dan jurus-jurus yang jitu guna keluar dari belitan kegagalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun