Mohon tunggu...
Abdul Wahid
Abdul Wahid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang dan Penulis sejumlah buku

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tangan-tangan Gaib

9 Mei 2020   10:36 Diperbarui: 9 Mei 2020   10:33 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : https://www.youtube.com/watch?v=4arAypXzZoA

Ketik aada kasus tertentu yang terobongkar, kita behak mengasumsikan, bahwa yang belum terkuak bisa jadi lebih hebat dan masif, pasalnya problem yuridis yang kelasnya di atas kasus tertebtu, katakanlah yang ditangani oleh apparat penegak hukum sekarang ini sangatlah banyak dan beragam, sehingga rasional untuk melemparkan kecurigaan, bahwa ada sistem  politik dan yuridis yang tidak menyentuhnya atau sistem hukum sedang "digantung" oleh kekuatan tertentu yang berpengaruh terhadap nasib aparat penegak hukum. 

Koruptor di negara ini sangat identik dengan kekuasaan. Di rezim jenis apapun, barangkali tak ada yang benar-benar steril dari korupsi. Ketika elemen rezim ini sangat piawai melakukan korupsi karena  dukungan politik atau ada "tangan-tangan gaib" (the invisible hands), yang membantunya, maka daya imunitas kekuasaan koruptif semakin kuat. 

Imunitas kekuasaan yang koruptif itu potensial membuat  para produsen dan penyebar korupsi lebih rajin menjalankan aksi kriminalitasnya ini. Ulah seperti ini bisa tidak mengenal negara sedang menghadapi kondisi apapun, karena baginya (pengampu kekuasaan) yang "nakal", momentum itu bisa diciptakan dan bahkan  dikembangkan sesuai irama politik dan budaya di lingkaran kekuasaan.

Kalau deskrips kasus itu dapat dijumpai atau minimal didengar dari apparat peradilan yang selama ini berurusan dengan para penyimpang hukum di lingkungan kekuasaan, bailk eksekutif, legislatif, maupun yudikatif,  maka ada fenomena kalau para pelakunya sudah melebar ke para praktisi hukum yang lainnya. Kalau kondisi ini sampai terjadi, ditakutkan terjadi perluasan wilayah kejahatan elitis, yang tentu saja bisa sangat mengerikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun